Minggu, 24 Mei 2015

Makna Tumpek Landep


Tumpek Landep adalah saat di mana Ida Hyang Widhi Wasa dalam prabhawa-Nya sebagai  “Pasupati” atau “Siwa Pasupati” itu sebdiri. Dan purnama yuganing sang candra. Pasupati itu terdiri dari pasu= binatang/kehidupan, pati=penguasa, jadi “Pasupati” adalah penguasa kehidupan/binatang, binatang di sini melambangkan nafsu indria, maka jangan heran jika dalam gambar dewa Siwa dhyana itu duduk dengan kulit harimau, artinya beliau mengajarkan kepada kita dalam hidup harus menguasai panca indra, jangan kita dikuasai oleh panca indra pemuas nafsu kita. Pada hari Tumpek Landep, Siwa sebagai Pasupati menganugerahkan jnana atau ketajaman pikiran (landeping idep), ketajaman perkataan(landeping wak), dan ketajaman perbuatan (landeping laksana). Pikiran dipertajam dengan ilmu, tapa brata yoga Samadhi, perkataan ditajamkan dengan menata  pembicaraan, dalam filsafat jawa ada istilah “ajining dhiri ono ing gebyaring lathi” harga diri manusia ada pada kata-katanya. Perbuatan ditajamkan dengan pergaulan, harmonisasi.  dari kelima hari ini ada kaitanya yaitu manusia diarahkan untuk melakukan penebusan dosa, setelah dimurnikan maka diberikan ilmu pengetahuan pada hari Saraswati dan pada tumpek landep yang berbarengan dengan purnama ditajamkan kembali. Sepulang dari pura Bapak Ibu bisa melukat di rumah dengan tirta pasupati yang telah disiapkan oleh panitia, yang berisi bunga, dan yang polos adalah tirta amerta, atau Bapak Ibu bisa menggunakan air kelapa gading, karena di hari suci purnama air kelapa gading diyakini akan dapat memberishkan segala kekotaran batin baik diberi mantra maupun tidak.

Dalam lontar Agastya Parwa dijelaskan telah terjadi percakapan anatara sang Dredasyu dengan Bagawan Agastya begini bunyinya: “ wahai Guru mulia, Perbuatan mulia apakah yang membuat seseorang mencapai keutamaan hidup baik di dunia maupun setelah mati?’ kemudian Bahgaan Agastya menjawab: wahai Sang Drdhasyu, ada 3 hal yang memungkinkan seseorang mencapai keutamaan hidup, adalah ulah, sabda dan ambek (perbuatan, perkataan dan pikiran), akibat yang dihasilkan oleh pikiran lebih besar daripada perkataan, dan perkataan lebih berat dari pada perbuatan, demikian juga sebaliknya dosa yang dihasilkan oleh perbuatan yang disertai kesadaran pikiran lebih besar daripada yang tidak menggunakan emosi pikiran. Untuk itu disaran seorang spiritual itu diharapkan dapat berpikir baik. Pikiran itu tajam, bisa jadi teman bisa jadi lawan, waspadalah, waspadalah!!!!

Kemudian Bhagawan Agastya menambahkan lagi ada tiga hal lagi yang harus dipegang oleh umat manusia yaitu: tapa, yajna dan krti, tapa lebih ditekankan ke pengendalian indria, selalu seimbang walau dihina dan dipuji, jangan kita senang lihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang. Ini negative sekali. yajnya berarti korban suci yang tulus ikhlas, mari kita lestarikan upakara yajna yang berlandaskan sastra suci sebagai bentuk pelestarian dan pembumian ajaran Weda, yajnya sebagai kamdhuk atau sapi perahan yang membuat hidup sejahtera, Karena dengan yajnya hujan dan kemakmuran itu ada, di mana suatu daerah tidak ada yajnya maka daerah itu akan kering/tidak subur. Penglingsir kita begitu agung mewariskan ajaran yajnya, seperti Mpu Kuturan, Dhahyang Nirarta, Mpu Markandeya, dsb. Kemudian krti adalah perbuatan baik dengan membangun fasilitas umum seperti pura, pasraman sekolah, dll, krti bisa  sebagai investasi karma. Ketiga hal ini di masyarakat menimbulkan prawerti dan niwerti marga yang artinya bahwa jalan jnana dan bhakti itu selalu ada dan berdampingan, jangan kita mengartikan bahwa prawerti itu jalan bagi yang jnananya rendah, dan niwerti bagi yang jnananya tinggi, di hadapan Tuhan semua sama yang membedakan adalah kualitas bhakti, ikhlas dan tidaknya.
Berkaitan dengan tumpek Landep dalam filsafat Jawa dijelaskan ada 3 hal yang harus dipegang dalam hidup yaitu pinter bener dan kober, artinya kita harus mampu mebedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan menggunakan pratyaksa, anumana, dan sabda pramana. Kita harus berpegang pada dharma, sak beja-bejane wong sing ora waspodo isih bejo wong kang eling lan waspodo. Kober artinya kita mampu meluangkan waktu, setinggi-tingginya ilmu kita, maka endingnya harus diabdikan. 

Dalam hidup ada lima tanggung jawab sebagai manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana diungkapkan dalam ajaran agama Hindu (Filsafat Jawa) yaitu: 1.Ametuaken artinya manusia berkewajiban untuk melahirkan ide atau gagasan, ingatlah filsafat ilmu: digembol ora mendosol, diguwak ora kemrosak artinya jika kita miliki akan membuat kita berkasrisma apalagi kita menerapkanya, akan sangat bermanfaat. Yang kde-dua adalah Maweh Binojana yang artinya manusia wajib untuk mencari makan dan memberi makan pada orang lain baik anak maupun teman, keluarga. Dalam pustaka suci dijelaskan bahwa saat Tuhan menciptakan kamu dengan perut, maka kewajiban kamu adalah makan. Ketiga Mitulung Urip artinya memberi perlindungan kepada diri sedniri, keluarga bangsa dan Negara. Mangupadaya artinya manusia wajib menuntut ilmu dan memberikan ilmu pada orang lain dan membekali anak dengan ilmu. Sinangaskara artinya manusia berkewajiban untuk menyucikan lahir dan batin sang Atman, keluarga, anak dan leluhur. 

Persembahyangan pemujaan, persembhana bebantenan, dan prayascita semua hasil pikiran manusia yang tajam adalah  adalah merupakan kegiatan Sinangaskara atau penyucian bhuana alit dan bhuana agung yang menyebabkan kemuliaan hidup. Ada 4 (empat) tipe pemuja Tuhan yaitu Mereka yang menderita, Mereka yang ingin kekayaan, Mereka yang ingin meningkatkan ilmu, dan Mereka yang bijaksana, Semuanya diterima oleh Tuhan sebagai sebuah persembahan bhakti, jadi jangan sampai kita membeda-bedakan umat yang dating ke pura


Kita semua berharap semoga melaui momentum Tumpek Landep ini kita sebagai manusia mampu menajamkan pikiran perkataan, dan perbuatan, sehingga kita menjadi manusia utama, tidak lupa juga kita berharap lebih bisa memiliki pratyaksa, anumana dan sabda pramana sebagai ciri manusia Hindu yang berwiweka, sehingga kita tidak mudah diadu domba dan menuruti nafsu indria. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar