Pada hari Sabtu, 27 Juni
s/d Minggu 28 Juni 2015 Pasraman (sekolah Minggu Agama Hindu) yang berada di
Provinsi Kep. Riau yaitu Pasraman Jnana Sila Bhakti Kota Batam, Pasraman Brahma
Widya Satwika Kab. Bintan mengadakan kegiatan Dharma Camp Pasraman Kepri di
Pantai Trikora Kab, Bintan Prov. Kepulauan Riau. Kegiatan Dharma Camp Pasraman
adalah semacam kegiatan Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) yang dikemas dengan
nuansa keagamaan Hindu yang diselingi dengan kegiatan outbond/mengenal alam,
fun (bermain) dan dinamika kelompok. Acara ini juga bertujuan untuk mengisi
waktu liburan semester II siswa-siswa pasraman sehingga tidak jenuh dan diisi
dengan hal-hal yang bermanfaat untuk kemajuan rohani generasi muda, di samping
juga untuk pembentukan karakter generasi muda Hindu. Acara diikuti oleh lebih
kurang 140 peserta yang terdiri dari siswa siswi pasraman se-Kepri, guru-guru
pasraman, para orang tua murid dan juga perwakilan lembaga agama dan keagamaan
Hindu se – Kepri seperti WHDI, Parisada, DPP Peradah dan masih banyak lagi.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sradha (iman) dan bhakti kepada
Tuhan, di samping itu juga untuk menambah wawasan nusantara, nasionalisme, dan
patriotism, mengenal lingkungan alam, kekompakan, kerjasama tim dan tentunya
untuk menerapkan ajaran-ajaran agama Hindu. Kegiatan ini didukung oleh
Pemerintah dalam hal ini Bimas Hindu Kementerian Agama Kanwil Prov. Kepulauan
Riau dan Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam serta lembaga agama
dan keagamaan Hindu se Prov. Kep. Riau.
Acara diawali dengan
tirtha yatra (berkunjung ke tempat suci seperti pura) di Pura Dharma Kerti,
Lagoi, Kab. Bintan. Para peserta mengikuti acara persembahyangan dengan khusuk.
Dalam sela-sela acara itu ketua Parisada Kab. Bintan, Nyoman Wiarta menjelaskan
sejarah berdirinya Pura Dharma Kerti yang dimulai dari keinginan umat Hindu di
Kabupaten Bintan untuk memilikki tempat suci yang bias digunakan untuk
melakukan kegiatan ibadah umat Hindu. Pura ini disungsung oleh sekitar 80 KK.
Setelah persembahyangan selesai acara dilanjutkan dengan pembagian tim outbond
menjadi 3 (tiga) tim yaitu Tim Cakra, Tim Gada dan Tim Trisula. Ketua kelompok
bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan anggotanya. Di sini para guru
pasraman yang merupakan panitia mendidik siswa pasraman untuk belajar bertanggung
jawab.
Acara dilanjutkan
dengan tritha yatra ke Pura Giri Natha Puncak Sari Kota Tanjung Pinang. Perjalanan
ditempuh dengan waktu 90 menit. Para peserta harus berjalan kaki menuju bukit
tempat berdirinya pura Giri Natha Puncak sari, Karen lahan parkir yang tersedia
sangat terbatas untuk bus. Usaha jerih payah para peserta terbayar sudah ketika
mereka sudah sampai di puncak Bukit. Pemandangan begiru indah. Para peserta
Dharma Camp melakukan persembahyangan untuk meningkatkan sradha (keimanan) dan
bhakti. Di akhir acara, Purwadi selaku pemangku (rohaniawan) yang juga
merupakan Penyuluh Agama Hindu PNS memberikan sambutan dan menceritakan sejarah
berdirinya Pura Giri Natha Puncak Sari Bintan. Perjalanan dilanjutkan
perjalanan menuju Pantai trikora (lokasi outbond).
Setelah tiba di lokasi,
para peserta dibantu panitia mendirikan tenda untuk dijadikan tempat tidur di
malam hari. Kemudian peserta melakukan doa bersama memohon keselamatan bersama
karena bagaimanapun juga kegiatan ini dilaksanakan di alam terbuka yaitu di Pantai
Tri Kora. Segala kemungkinan bisa saja terjadi pada para peserta. Acara
berikutnya adalah paparan-paparan narasumber (class). Adapun paparan materi
yang pertama yang disampaikan oleh Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd selaku Pembimas
Hindu Kanwil Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau. Dalam paparanya Pembimas
Hindu menyampaikan bagaimana cara menghormati orang tua yang melahirkan,
membesarkan dan mengasuh kita. Kita harus membayar hutang kepada orang tua
dengan melayani, menghormati meraka, rajin belajar dan tidak lupa dengan orang
tua ketika kita sukses nantinya. Siswa-siswa pasraman juga dihimbau untuk
menghormati atur Guru yang lain yaiu pemerintah, dan guru di sekolah. Di samping itu Pemateri
juga menyampaiakan cerita-cerita kepahlawanan Mahabharata yang membuat
anak-anak tertarik untuk mengikutinya. Adapun pemateri ke-dua adalah Drs. I
Wayan Catra Yasa, MM yang merupakan sesepuh umat dan Ketua Paruman Walaka
Parisada Prov. Kep. Riau. Dalam Paparannya beliau menyampaiakan kewajiban siswa
pada masa brahmacari (masa menuntut ilmu) agar nantinya menjadi putra yang
suputra yaitu generasi muda yang mempunyai jiwa dan kemampuan yang tangguh.
Setelah selesai
mengikuti materi dari narasumber peseta harus melaksanakan kegiatan outubon
jurit malam. Di Pos pertama anak-anak harus berhasil membuat tandu yang sudah
disiapkan oleh panitia. Pos II peserta wajib mengikuti test konsentrasi. Di Pos
III diajak untuk mengenal lingkungan alam dan pos IV diajak untuk lebih dekat
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Acara diakhiri dengan api unggun, di mana para
peserta wajib menampilkan yel – yel terbaik dari masing-masing kelompok dan
lagu pilihan lainya. Kegiatan Jurit malam diakhiri dengan renungan malam yang
dipimpin oleh Drs. I Wayan Catra Yasa, MM. Anak-anak diajak untuk merenungi
dosa dan kesalahan terutama kepada orang tua kita.
Pada hari Minggu, 28 Juni
2015 acara diawali dengan kegiatan Yoga (senam rohani) yang dipimpin oleh Dada
Suresh (umat Hindu etnis India yang merupakan Guru Yoga). Para peserta wajib
melakukan gerakan Surya Namaskar (penghormatan pada matahari sebagai awal dari
kehidupan) yang diakhiri dengan puja tri Sandya (permbahyangan) di pagi hari.
Setelah anak-anak sarapan dan mandi acara dilanjutkan dengan dinamika kelompok
dengan memasukan air ke dalam botol dan memasukkan bola ke dalam botol.
Anak-anak wajib mengikuti sesi tali heksa gonal di mana peseta harus berhasil
memasukkan ballpoint yang diikat dengan tali heksa gonal ke dalam botol. Dinamika
kelompok terakhir adalah lempar lembing yaitu membidik sasaran berupa lingkaran
dengan jarak yang telah ditentukan. Acara diakhiri dengan penutupan dan
pengumuman hasil lomba sert penyampaian pesan dan kesan. Peserta berharap
kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan. Panitia juga diharap untuk lebih
melakukan efesiensi waktu dan sebagainya. Semua jerih payah anak – anak peserta
Dharma Camp terbayar setelah hasil lomba diumumkan den mereka mendapat penghargaan yang luar biasa dari panitia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar