Setiap tahun umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi dengan melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan ritual dan spiritual, sebagai wujud pengamalan ajaran Agama Hindu yang sarat dengan makna nilai filosofis. Nilai filosofis itu merupakan nilai intrinsik bagi umat Hindu, bahkan merupakan nilai universal yang dapat diaktualisasikan dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegaraHal ini sangat positif dan penting untuk dilaksanakan secara terus menerus setiap tahunnya. Mengingat ini merupakan salah satu upacara Panca Yajña yang bertujuan
untuk menyucikan dan memuliakan para dewa, para maharsi, leluhur, bhuta kala
dan kesejahteraan manusia serta proses membumikan ajaran Weda.
Di dalam kehidupan agama Hindu telah tumbuh keinginan umat Hindu untuk
meningkatkan cara-cara hidup beragama
serta mendalami aspirasi agamanya
dengan menggunakan pendekatan rasionalistas dan filosofis guna
menembus tabir dogmatisme, dengan menggunakan kajian sastra Hindu yang
terhimpun dalam berbagai pustaka suci Veda, Lontar (nibhanda) dan sumber sastra lainnya. Peninggalan Leluhur Hindu
yang adiluhung. Pelaksanaan Rangkaian hari Raya Nyepi merupakan usaha untuk
mewujudkan loka samgraha (tempat atau
suasana yang damai) dan juga satyam
(kebenaran), sivam (kesucian), dan Sundaram (keindahan). Hal ini dilandasi
oleh Dharma
Siddhiyarta
yaitu: Iksa (Tujuan), Sakti (kemampuan), Desa (tempat), Kala (waktu),
dan Tattwa (keyakinan/sastra).
Upacara Yajña merupakan salah satu
pendekatan diri kepada Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk mencapai
kesempurnaan lahir batin sebagaimana diungkapkan dalam sastra suci. Oleh karena
itu kegiatan upacara Yajña adalah
merupakan aktivitas keagamaan yang paling tampak pertama dalam implementasi
kehidupan keagamaan Hindu sesuai dengan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu:
Tattwa, Susila dan Upakara).
Dan umat Hindu di Kota batam melaksanakan
perayaan Nyepi 1938 Saka dengan sederhana tetapi penuh dengan makna. rangkaian
demi rangkaian telah dlakukan. Puncaknya adalah pelaksanaan Catur Brata
Penyepian pada tanggal 09 Maret 2016 selama 24 jam dari Rabu jam 06.00 WIB sampai dengan Kamis jam 06.00 WIB.
Hari raya Nyepi dirayakan
setiap tahun sekali pada Sasih Kesanga, biasanya jatuh pada bulan
Maret atau April. Dan pada tahun ini Nyepi jatuh pada
hari Sabtu, 09 Maret 2016 yang bertepatan dengan fenomena alam yaitu gerhana matahari total (GMT). Sehingga Perayaan Nyepi tahun ini betul - betul istemewa. Bahkan alam pun ikut amati geni walau hanya beberapa menit saja. Beberapa hari
sebelum Nyepi diadakan upacara Melasti atau Melis dan
ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur
Kesanga ini dilaksanakan pada Tilem Kesanga. Keesokan
harinya, pada tanggal apisan Sasih Kedasa dilaksanakan brata penyepian.
Setelah Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan kemudian umat
melaksanakan Dharma Shanti.
Rangkaian Pertama Nyepi yang
dilaksanakan umat Hindu Batam adalah Pelaksanaan lomba-Lomba oleh Pengurus WHDI Prov. Kepulauan Riau dan WHDI Kota Batam. Karena bertepan juga dengan HUT WHDI ke XXVIII. kemudian ada agenda Bhakti Sosial di Panti asuhan di Kota Batam. Tujuan kegiatan ini
adalah membantu meringankan beban sesama menyumbangkan sebagian kecil harta
kita adalah termasuk perbuatan Drewya Yajña . Parisada telah
menetapkan 4,7 % penghasilan yang kita puniakan melalui sebuah Badan Dharma
Nasional (BDDN). Umat Hindu bias menyalurkan punia
sebesar 4,7% dari penghasilan melalui nomor rekeNing bank BDDN Parisada. Adapun
peruntukan dari dana punia BDDN Parisada ini adalah untuk pemberdayaan ekonomi
umat Hindu, Pendidikan (pemberian beasiswa), dan lain-lain. Daridra dewa bhawa artinya orang yang tidak mampu juga perwujudan Tuhan. Mungkin pesan ini yang ingin disampaiakan. Bahwa dengan melayani sesama maka kita melayani Tuhan. Serve all serve the God.
Pada hari Minggu, 06 Maret 2016, sekitar
pukul 17.00 WIB umat Hindu Batam mengadakan Melasti di Danau Sei Ledi. Berkaitan dengan upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji
Swamandala sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing
bhuwana
Artinya:
Melenyapkan
penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.
Dalam Lontar Sundarigama
menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining
amerta kamandalu ring telenging sagara
Artinya:
Mengambil
sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah samudera.
Sumber lain menyebutkan bahwa
tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan
wastra:
Pesucian dewa
kalinggania pamratista bethara kabeh
Menusucikan sthana
para dewa
Jadi tujuan Melasti di
samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga
untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari
kehidupan di tengah samudera. Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang
penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita
mencari sari-sari kehidupan
Setelah upacara Melasti maka dilanjutkan dengan Taur Kesanga yang diadakan pada Hari Selasa, 8 Maret 2016. Menurut petunjuk lontar Sanghyang
Aji Swamandala, Tawur Kesanga termasuk upacara Bhuta
Yajña . Yajña ini dilaksanakan
manusia dengan tujuan untuk menumbuhkan kesejahteraan alam lingkungan.
Dalam Sarasamuscaya 135 (terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan
bahwa untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus menyejahterakan
semua makhluk (Bhutahita).
“Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan masih
ring sarwa prani.”
Artinya:
Oleh karenanya,
usahakanlah kesejahteraan semua makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan
kepada semua makhluk.
“Apan ikang prana
ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mang dharma, artha kama
moksha.”
Artinya:
Karenanya kehidupan mereka itu
menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha.
Upacara Tawur Kesanga bertujuan
untuk memotivasi umat Hindu secara ritual untuk senantiasa melestarikan alam
beserta isinya. Upacara taur juga bertujuan untuk menyeimbangkan energy alama,
karena alam terdiri dari energy positif dan negative. Melalui prosesi taur kita
melakukan mecaru untuk menyeimbangkan kekuatan unsur bhuta kala sehingga dapat
ikut menjaga kelangsungan dunia.
upacara Taur Kesanga identik
dengan Pawai Ogoh-ogoh. Dan pada kesempatan ini umat Hindu Batam membuat 2
(dua) ogoh-ogoh terdiri dari perwujudan bhuta kala dan sifat buruk manusia. Yang mengarak ogoh-ogoh ini juga terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Ogoh - Ogoh dilambangkan sebagai bhuta kala yang merupakan gambaran
sifat buruk manusia (sad ripu) seperti marah, iri, lobha, serakah, bingung dan
lain sebagainya. Setelah selesai diarak ogoh-ogoh ini akan dibakar sebagai
simbol bahwa kita telah membakar sifat buruk manusia sehingga pada esok harinya
umat Hindu tenang dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Dalam sastra
disebutkan pula bahwa pawai ogoh - ogoh juga membantu para bhuta kala
meningkatkan kualitas kesuciannya sehingga bhuta kala menjadi nyomya atau
somya.
Pada tanggal satu
Sasih Kedasa tepat pada hari Rabu 09 Maret 2016, dilaksanakan brata
penyepian. Brata penyepian ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama sebagai
berikut:
“…..enjangnya
nyepi amati geni, tan wenang sajadma anyambut karya, sakalwirnya, ageni-geni
saparanya tan wenang, kalinganya wenang sang wruh ring tattwa gelarakena semadi
tama yoga ametitis kasunyatan.”
Artinya:
“….besoknya, Nyepi, tidak
menyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan, berapi-api dan
sejenisnya juga tidak boleh, karenanya orang yang tahu hakekat agama
melaksanakan samadhi tapa yoga menuju kesucian.”
Parisada Hindu Dharma
Indonesia telah mengembangkan menjadi Catur Brata Penyepian untuk
umat pada umumnya yaitu:
- Amati Geni (tidak menyalakan api). Maksudnya adalah bukan hanya tidak
menyalakan api sungguhan, namun kita harus mematikan amarah dalam diri
kita sendiri.
- Amati Karya (tidak bekerja). Maksudnya menyepikan indera-indera kita
terhadap aktivitas duniawi, mengendalikan indera-indera kita. Kita
senantiasa diharapkan untuk melakukan meditasi pada Brahman.
- Amati Lelungan (tidak
bepergian). Maksudnya adalah kita tidak membiarkan pikiran mengembara tak
tentu arah, pikiran senantiasa diarahkan untuk selalu memikirkan hal-hal
tentang keagungan Brahman.
- Amati Lelanguan (tidak mencari kesenangan). Maksudnya bahwa kita harus
membatasi kesenangan sehari-hari, seperti makan dan minum, nonton TV,
musik dan sebagainya.
Tujuan utama Catur Brata
Penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup
agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma,
artha, kama dan moksha. Jika kita perhatikan
tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna
yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan
alam sebagai tujuan utama upacara Taur Kesanga tentunya
merupakan tuntutan hidup masa kini dan masa datang. Taur Kesanga juga berarti melepaskan
sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian
ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau membayar.
Sebagaimana kita ketahui,
manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya.
Perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan perbuatan member, yaitu berupa
persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan member perlu selalu dilakukan
agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti
memotivasi umat Hindu untuk selalu menyeimbangkan jiwa.
Hendaknya Nyepi dirayakan
dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang
tinggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan
melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju
jalan yang benar atau dharma.
Untuk melaksanakan Nyepi yang
benar-benar spiritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana. Upawasa artinya melakukan puasa, tidak makan dan
minum selama 24 jam. Kata “upawasa” dalam
Bahasa Sanskerta berarti kembali suci. Mona artinya tidak
bicara (termasuk dalam pikiran). Dhyana artinya melakukan pemusatan pikiran pada Brahman atau lebih sering
disebut meditasi. Arcana yaitu melakukan persembahyangan
seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah.
Dan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 Umat Hindu melaksanakan upakara Ngembag Geni. Ngembag Geni merupakan rankaian pelaksanaan Nyepi di mana umat Hindu kembali melakukan aktifitas bekerja seperti biasa, seperti memasak, berdagang, bertani dan lain sebagainya. Walaupun Nyepi sudah berakhir tetapi bukan berarti kita boleh mengumbar hawa nafsu yang berlebihan. harus ada perubahan sifat dari sebelumnya sehingga terjadi peningkatan diri dan spirirtual. Umat Hindu merayakan Ngebag Geni dengan berkunjung ke sanak saudara, mengunjungi sesepuh umat dan berkumpul bersama membicarakan dharma kehidupan. Menyampaikan pesan dharma (dharma vada). Dan sebagai puncaknya akan dilaksanakan dharma santi (sima krama) saling maaf memaafkan.
Dan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 Umat Hindu melaksanakan upakara Ngembag Geni. Ngembag Geni merupakan rankaian pelaksanaan Nyepi di mana umat Hindu kembali melakukan aktifitas bekerja seperti biasa, seperti memasak, berdagang, bertani dan lain sebagainya. Walaupun Nyepi sudah berakhir tetapi bukan berarti kita boleh mengumbar hawa nafsu yang berlebihan. harus ada perubahan sifat dari sebelumnya sehingga terjadi peningkatan diri dan spirirtual. Umat Hindu merayakan Ngebag Geni dengan berkunjung ke sanak saudara, mengunjungi sesepuh umat dan berkumpul bersama membicarakan dharma kehidupan. Menyampaikan pesan dharma (dharma vada). Dan sebagai puncaknya akan dilaksanakan dharma santi (sima krama) saling maaf memaafkan.
.
Pelaksanaan Nyepi seperti itu
tentunya harus dilaksanakan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak
didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan
terpaksa. Tujuan mencapai kebebasan rohani itu memang juga suatu ikatan, namun
ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan. Umat Hindu sangatlah beragam, ada yang di Bali, di Jawa, Kalimantan (Kaharingan), dan daerah lainnya, di mana pelaksanaan ritualnya pastilah berbeda. Hindu menghargai perbedaaan itu, demikian pula peryaaan Nyepi yang berbeda di setiap daerah. Semoga Keberagaman menjadi perekat persatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar