Pada hari Senin, 15
Januari 2018 di Pura Agung Amerta Bhuana, umat Hindu di Kota Batam
menyelenggarakan perayaan Hari Siwaratri. Wayan Catra Yasa menyampaikan siraman
rohani kepada umat yang hadir dalam acara persembahyangan bersama malam
Siwaratri, hadir di antaranya ada ketua Banjar dan ketua lembaga agama dan
keagamaan Hindu se-kota Batam.
Pertama –
tama menjelaskan bahwa Siwaratri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan
Magha, panglong ping 14 sasih Kapitu. Siwa Ratri sesungguhnya datang setiap
bulan. Setiap pengelong 14 (sehari sebelum Tilem) adalah malamnya Siwa.
Sedangkan pengelong 14 Sasih Kepitu adalah malam tergelap setiap tahun, dan ini
disebut Maha Siwa Ratri.
Siwaratri
sering diartikan oleh umat Hndu sebagai malam peleburan dosa. Dengan kata lain
dosa yang kita lakukan berhari-hari dan berbulan-bulan menjadi lebur hanya
karena begadang semalam suntuk. Ini cara pemahaman yang keliru karena dosa tak
bisa dilebur hanya dengan begadang semalam suntuk dosa hanya bisa dikurangi
dengan melakukan perbuatan baik dan penebusan serta disiplin spiritual yang
kita lakukan. Seperti dalam cerita Lubdaka, di mana diceritakan bahwa Lubdaka
yang notabene sorang pemburu dan perampok bisa dihapus dosanya hanya karena
tidak tidur pada malam Siwaratri karena berada di atas pohon di tengah hutan.
Tetapi setidaknya cerita ini memotivasi kita untuk berbuat baik dan melakukan
penebusan dosa dari pada tidak pernah sama sekali. Begadang di sini harus
dimaknai sebagai letihan menjaga kewaspadaan, sedangkan upawasa adalah untuk
melatih pengendalian diri terhadap hawa nafsu. Mnabrata adalah sebagai latihan
kita untuk mengendalikan perkataan.
Kita harus
mengimplentasikan disiplin spiritual dalam etos kerja. Dari etos kerja tinggi
maka kita akan dipercaya dalam sebuah pekerjaan. Etso kerja umat Hindu harus
tinggi di dalam pekerjaan dengan senantiasa menyeimbangkan kecerdasam
spiritual, emosional dan intelektual. Semua manusia mempunyai peran dan
kesempatan berbuat baik. Sebaik-baiknya manusia pasti ada kesalahannya. Tetapi
percayalah semua tergantung pada karma wasana dari perbuatan masa lalu yang
memberi kesan karakter pikiran perkataan dan perbuatan yang melekat pada diri
kita. Jiwa atau Atman tidak akan ternoda. Pikiran jangan menjadi budak dari
hawa nafsu.
Wayan
menghimbau kepada orang tua dan guru di Pasraman untuk senantiasa mendidik
putra dan putrinya dengan budi pakerti yang luhur. Melalui momentum Brata
Siwaratri inilah putra putri dibina untuk mengendalikan makan, nafsu indria,
perkataan dan selalu waspada terhadap segala kemungkinan. Hal ini perlu untuk
sebagai bekal hidup setelah mereka dewasa. Anak – anak harus kita didik untuk
menghormati Catur Guru yaitu orang tua sebagau guru rupaka, guru di sekolah,
pemerinta dan Tuhan sebagai Guru Swadhyaya. Jika putra putri kita sudah tidak
lagi hormat pada ke-empat guru ini maka mereka tidak akan bisa menemukan
jatidiri apalagi menemukan pencerahan. Agama Hindu tidak mengajarkan kita
paling benar, kita paling suci dan yang lain salah. Ini yang harus kita
tanamkan kepada anak-anak, pendidikan budi pakerti. Kecerdasan Intelektual pada
anak-anak harus diimbangi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Perayaan Siwaratri mengajarkan kita untuk mengasah kecerdasan spiritual.
Terakhir
Wayan menegaskan bahwa Pura merupakan tempat pemujaan Tuhan, bersosialisasi,
seni, budaya, dan pendidikan. Memang benar Tuhan bisa dipuja di mana saja
termasuk di rumah tetapi memuja Tuhan di Pura akan lebih cepat mencapai
konsentrasi. Ketika kita datang ke pura maka kita akan bertemu satu sama lain,
saling bertukar informasi dan berinterakis. Kita makhluk sosial yang
membutuhkan orang lahir sejak dalam kandungan sampai kita meninggal. Untuk itu
umat Hindu jangan tidak ke pura. Di Pura kita bisa mewujudkan Loka Samgraha
atau tempat yang damai dan pada akhirnya tujuan agama Hindu yaitu Moksartham
Jagadhita Yacca iti dharma (kebahagiaan dan pembebasan baik di dunia maupun
setelah kita meninggal) akan terwujud.
Acara dilanjutkan dengan
Dharma thula atau Tanya jawab seputar Agama Hindu dan makna Siwaratri.
Bertindak sebagai narasumber adalah I Wayan Catra Yasa, Jro Mangku Putu Satria
Yasa, dan Prabhu Si Putu Sumardaya. Acara dipandu oleh Eko Prasetyo selaku
Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam. Jero Mangku Putu
Satria Yasa mengawalai dharma thula pada kesempatan itu bahwa umat Hindu
hendaknya melestarikan tradisi yajna sebagai upaya peningkatan kualitas diri.
Leluhur Hindu telah mengajarkan kepada kita untuk mulai melakukan pendidikan
dan yajna sejak bayi dalam kandungan (Garbha
dana). Hendaknya diperdengarkan lagu – lagu rohani dan nama suci Tuhan
kepada bayi yang masih adas dalam kandungan agar kelak lahir menjadi putra yang
suputra. Jero Mangku Putu juga menjelaskan bahwa jangan sekali – kali memarahi
ibu yang sedang mengandung atau mengejutkan sang Ibu yang sedang hamil karena
hal itu akan berpengaruh kepada bayi dalam kandungan. Eko Prasetyo menambahkan bahwa
hal itu sejalan dengan penelitian profesor dari Jepang yang meneliti air. Di mana
molekul air yang dimantrai dengan doa akan berbeda dengan air yang diberikan
energi kemarahan, energi kesedihan dan lain – lain. Otak manusia 80% nya adalah
air. Jika anak kecil sering kita bentak maka dia akan cepat sedih dan depresi.
Maka jangan membentak anak kecil tanpa alas an agar tidak berpengaruh kepada
kesehatan mentalnya.
Selanjtunya Prabhu Si
Putu Sumardhaya menjelaskan bahwa semua proses yajna sejak bayi ada dalam
kandungan adalah dalam rangka mementuk anak yang terlahir mempunyai sifat dan
kepribadian yang utama. Manusia harus berbhkati kepada Tuhan salah satunya
dengan mengucapkan nama smaranam kepada Tuhan agar telahir dalam keadaan lebih
baik di kelahiran yang akan datang.
Terakhir I wayan Catra
Yasa menjelaskan bahwa pikirian itu sangat liar dan cepat laksana angin dan
melebihi kecepatan cahaya. Melalui moment Siwaratri Umat Hindu harus melakukan
Sasdhana Spiritual untuk memohon anugerah kesucian dari Hyang Widhi. Umat Hindu
harus berani melakukan uipgrasde diri baik rohani maupun jasmani agar menjadi makhluk
yang utama. (Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar