Batam-Bertempat di Pura Satya Dharma, Muka Kuning,
umat Hindu di Kota Batam meyelenggarakan persembahyangan Tumpek Wayang. Hadir
pada kesempatan itu Penyelenggara Hindu Kota Batam, Jero Mangku Danu selaku
Ketua Bidang Kebudayaan dan Kearifan Lokal, pengurus Parisada Prov. Kepulauan
Riau, Ketua Parisada Kota Batam, Ketua Paruman Walaka Parisada Prov. Kepulauan
Riau, Badan Penyiaran Hindu Kepri, Ketua Pasraman Jnana Sila Bhakti, WHDI
Provinvi Kepri dan WHDI Kota Batam, Ketua UKHB, Ketua Banjar dan umat Hindu.
Menurut Putu Suardika selaku Ketua Unit Kerohanian
Hindu Batamindo (UKHB) bahwa Tumpek Wayang bermakna bahwa umat Hindu memuja
Hyang Widhi dalam prabhawa-Nya sebagai Hyang Iswara, yaitu dewa yang menganugerahkan
kesenian kepada umat manusia.
Sebelum persembahyangan dimulai acara didahului denga
dharma wacana yang disampaiakan oelh Jero Mangku Danu dari Kota Bekasi. Dalam
wacananya, Mangku Danu menjelaskan bahwa tujuan dharma wacana dan dharma thula
bukan untuk menggurui. Ketika membicarakan dharma sesunguhnya untuk belajar
bersama. Mangku Danu juga menjelaskan makna Tumpek Wayang sebagai hari turunnya
Hyang Iswara sebagai Dewa kesenian yang menganugerahkan keindahan dan seni. Seni
ada dalam setiap sendi kehidupan seperi seni memasak, seni membuat banten, seni
gamelan, tarian dan lain sebagainya. Hari ini sangat baik untuk memohon Taksu
atau inner beauty agar memancarkan kedamaian, keindahan dan seni. Mangku Danu
mengajak umat Hindu untuk menghargai perbedaan pendapat yang ada. Manusia
terlahir dengan sifat yang berbeda, semua mempunyai karma wasana. Perbedaan ini
harus kita anggap sebagai kekayaan. Setiap manusia mempunyai kelebihan dan
kekurangan, maka kita harus saling melengkapi kekurangan yang ada. Apapun latar
belakang kita, di hadapan Tuhan sama, yang membedakan adalah karma perbuatan
kita. Kita juga harus saling mengasihi orang lain walaupun orang yang berbeda
keyakinan sekalipun. Jangan mengecilkan makna dan nilai dari yajna. Jangan
memandang yajna dari jumlah dan besar kecilnya saja. Kita bisa mempersempahkan
harta milik kita, tapa brata dengan pengendalian diri, pengetahuan, pengabdian
diri, berdonor darah dan lain sebagainya.
Persembahyangan dipimpin oleh Jero Mangku Putu Satria
Yasa dan Jero Mangku Agung Arief Suryanataha. Setelah persembahyangan selesai
dilanjutkan dengan acara dharma thula atau Tanya jawab seputar ajaran agama
Hindu. Umat begitu antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir. (ep2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar