Tanjung
pinang-Bertempat di Pura Girinatha Puncak Sari, pada hari Kamis 10 Mei 2018,
Umat Hindu dari Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan dan Kota Batam mengikuti
Upacara Entas
- Entas (Dewa Yajna). Entas – Entas bertujuan untuk meningkatkan kaulitas Pitra menjadi Dewa Pitara. Kegiatan upacara keagamaan ini diikuti oleh lebih dari 200 Umat Hindu. Hadir pada kesempata itu Pembimas Hindu, Eko Prasetyo selaku Penyelenggara Hindu pada Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Ketua lembaga Agama dan Keagamaan Hindu se-Kepulauan Riau. Upacara Entas – Entas ini dipuput oleh Romo Hasto Dharmo Eka Telabah dari Sidoarjo, Jawa Timur. Acara juga dihadiri oleh Dewa Ketut Suratnaya dan Tiwi Susanti dari Media Hindu, Jakarta.
Acara
diawali dengan prosesi matur piuning dilanjutkan dengan Upacara Entas – Entas.
Walau diguyur hujan yang deras, umat Hindu tetap semangat melaksanakan Entas –
Entas. Menurut Romo Hasto Dharmo, ada sekitar 6031 Sawa (Pitara) yang berhasil
di-Entaskan kea lam dewa. Di alam pitra tidak ada pengkotak kotakan agama
tertentu. Dengan banyaknya Sawa/Atma Pitara yang disempurnakan maka kehidupan
anak cucunya yang masih hidup di dunia akan damai dan dimudahkan segala urusan.
Suka dukha kehidupan tetap ada, tetapi kedamaian pikiran maka permasalahan
kehidupan akan teratasi. Dewa Pitara akan mendapat perlakuan setara Dewa yaitu
dipuja dan menerima persembahan dari para bhakta. Dewa pitara juga mempunyai
kewengan menghukum siapa yang salah dan menentukan siapa yang layak menjadi
penguasa. Romo Hasto mengatakan bahwa Indonesia akan kembali jaya dan disegani
oleh dunia internasional jika leluhur sudah disempurnakan. Setelah upacara
Entas – Entas, Romo Hasto berpesan agar di area pura ditanami pohon pinang
sebagai tanaman yang sudah ada sejak Kota Tanjung Pinang berdiri. Acara
dilajutkan dengan persembahyngan bersama, nunas tirtha dan prasadam.
Untuk
menambah sradha dan bhakti umat Hindu maka dilanjutkan dengan sesi dharma Thula
di Madya Mandala Pura Giri Natha Puncak Sari. Terlebih dahulu Dewa Ketut
Suratnaya menyampaikan filsafat ajaran Agama Hindu, perjalanan roh dan karma
phala. Kemudian Romo Hasto pada kesempatan itu juga mengajak Umat Hindu untuk
menghargai wanita, jika wanita dihargai dalam rumah tangga maka kemakmuran akan
tercipta di sana sebaliknya jika wanita tidak dihargai di sautu daerah atau
negara maka tidak akan ada kemakmuran. Kita juga tidak boleh membedakan anak
laki – laki dan anak perempuan. Semuanya sama di mata Tuhan. Dalam pustaka suci
Weda, Itihasa dan Purana, wanita mendapat peralukan yang istemewa. Dewi Parwati
dianggap sebagai Ibu alam semesta, Dewi Lakshmi sebagai dewi kamakmuran dan
Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan. Dewa Ketut Suratnaya menambahkan
bahwa menjadi Hindu itu sederhana dan tidak ribet, yang membuat ribet adalah
diri kita sendiri yang terlalu mengikuti tradisi yang kaku.
Pada
Keesokan harinya, Senin 11 Mei 2018, rombongan Romo Hasto Dharmo Eka Telabah melanjutkan perjalanan
Dharma Yatra ke Pura Agung Amerta Bhuana, Kota Batam. Romo Hasto beserta
rombongan menyempatkan diri sembahyang di Pura Agung Amerta Bhuana. Romo Hasto
memimpin persembahyangan Tri Sandhya dan Keramaning Sembah. Kemudaian Beliau
juga berkesempatan memberikan Dharma Wacana dengan Topik Keuatamaan Tirta
Amertha. Hari Saraswati adalah hari yang sangat baik untuk memohon tirtha
amerta dan melukat membersihkan kekotoran batin. Kita juga harus mmeperlakukan
tirtha amertha denga baik, karena tirtha amertha memberikan anugerah bagi kita
kesucian, kedamaian dan kesejahteraan.
Acara
dilanjutkan dengan sesi dharma Thula di Aula Pasraman Jnana SIla Bhakti. Dharma
Thula dipandu oleh I Wayan Catra Yasa. Bertindak sebagai narasumber dalam
kesempatan itu adalah Romo hasto, Dewa Ketut Suratnaya dan Tiwi Susanti.
Narasumber menekankan perlunya menjaga kesucian diri dan kawasan pura, Kita
harus rajin sembahyang agar kekotoran batin kita berkurang. Tiwi Susanti
berpesan kepada generasi muda agar menghindari hubungan seks di luar nikah. Karena
jika ada anak yang lahir di luar nikah itu akan bedampak tidak baik bagi diri
anak itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Akan sulit membentuk anak yang
suputra. Suami istri harus memperhatikan dewasa ayu dan aturan perilaku yang
mengarah ke hal – hal kesucian. Romo Hasto dan narasumber lainnya memberikan
kesempatan kepada umat Hindu di Kota Batam untuk bertanya dan menyampaikan
permasalahan kehidupan sehari – hari. Karena banyak pertanyaan dan permasalahan
kehidupan yang dialai oleh umat, maka dilanjutkan pada sesi bimbingan dan
konseling. Melihat kondisi ini, Parisada Hindu Dharma Indonesia Kepulauan Riau
akan mengundang kembali narasumber ini pada kesempatan berikutnya untuk
memberikan pembinaan dan bimbingan
kepada umat Hindu. (ep2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar