Ternate-Pada Hari Jumat 29
Juni 2019 Bertempat di aula Kantor Kementerian Agama Kota Ternate, Kanwil
Kementerian agama Prov. Kepulauan Riau mengadaan Kegiatan Workshop Peningkatan
Wawasan Multikultural dan Dialog Lintas Agama di Kota Ternate, Prov. Maluku
Utara.
Kegiatan Workshop Peningkatan
Wawasan Multikultural dan Dialog Lintas Agama di Kota Ternate, Prov. Maluku
Utara dibuka secara resmi oleh Plt. Ka-Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku
Utara, H. Basir Abdurrazak, S.Ag., M.M
Kegiatan diikuti oleh 20 (dua puluh) peserta yang terdiri
dari perwakilan Kanwil Kementerian Agama Kepulauan Riau, Kemenag Kota dan
Kabupaten se-Kepri, Pengurus FKUB Prov. Kepulauan Riau. Sedangkan dari
perwakilan Kanwil Maluku Utara dan Kemenag Kota Ternate serta ketua
Lembaga/Pengurus rumah ibadah se-Kota Ternate kurang lebih 10 (sepuluh) orang.
Ka-Kanwil Kemenag Kepulauan Riau dalam paparan materinya
menjelaskan tentang kondisi kerukunan umat beragama di Kepulauan Riau yang
secara umum kondosif. Marwin Jamal juga menjelaskan komposisi jumlah pemeluk
agama se-Kepulauan Riau, visi misi serta upaya peningkatan pemeliharaan
kerukunan di Kepulauan Riau;
Plt. Kepala Kanwil Kementerian Agama Prov. Maluku Utara
dalam penjelasannya menyatakan bahwa sekitar tahun 1999, awal masa reformasi
bahwa di Maluku pernah dilanda konflik dengan isu SARA.. Tetapi hal itu
menjadikan semua pihak untuk mau bersatu untuk membina kembali kerukunan dan persatuan
umat beragama di Maluku Utara.
Plt Ka-Kanwil Kemenag Maluku Utara juga menjelaskan
komposisi penduduk di Maluku Utara adalah 75 % umat Islam, 20 % umat kristen
selebihnya adalah Buddha, Hindu dan Konghuchu. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi, tanyajawab/dialog kerukunan antara Kementerian
Agama dan juga FKUB serta pengurus lembaga dan rumah ibadah di Ternate. Pada kesempatan
itu Kanwil Kemenag Kepri dan FKUB Kepri menyerahan plakat/cinderamata kepada
Kanwil Kemenag Maluku Utara dan FKUB Prov. Maluku Utara sebagai bentuk
kerukunan dan harmonisasi antar umat bergama. Kemudian kegiatan dilanjutkan
dengan obsevasi dan konsolidasi kepada pengurus rumah ibadah agama Buddha,
Kristen, Islam di Kota Ternate;
Pada hari Sabtu, 30 Juni 20018 tim melakukan koordinasi
dan konsolidasi serta observasi lapangan ke rumah ibadah agama Hindu, Pura Siwa
Jagatnata di Kota Ternate. Dalam paparan Ketua PHDI Prov. Maluku Utara, Ketut
Wiarta bahwa agama Hindu di Maluku Utara berjumlah 130 (seratus tiga puluh)
jiwa yang didominasi oleh PNS, TNI dan POLRI, selebihnya adalah swasta,
wirasaswasta dan petani. Ketut Wiarta juga menjelaskan bahwa di Kanwil
Kementerian Agama Prov. Maluku Utara tidak ada struktur Pembimas Hindu,
sehingga sangat menghambat pelaksanaan umat Hindu di Maluku Utara. Ketut Wiarta
berharap ada lagi Pembimas Hindu di Maluku Utara. Melakukan koordinasi dan
konsolidasi serta observasi lapangan ke rumah ibadah agama Konghuchu, Kota
Ternate, Maluku Utara,
Kegiatan Workshop
Peningkatan Wawasan Multikultural dan Dialog Lintas Agama yang diselenggarakan
oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau di Kota Ternate, Prov.
Maluku Utara, tanggal 28 Juni s/d 1 Juli 2018 dapat dijadikan media pembelajaran tentang bagaimana
membina kerukunan dan membangun semangat kebhinekaan dalam wadah NKRI, terlebih
Provinsi adalah provinsi dengan tingkat kerukunan umat beragamanya terbaik di
Indonesia. Komposisi penduduk Provinsi Maluku Utara 75 % umat Islam, 20 % umat
kristen selebihnya adalah Buddha, Hindu dan Konghuchu.
Wawasan Multikultural dan Dialog Lintas Agama
harus terus dilaksanakan dan dibina untuk
memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu
dalam kehidupan masyarakat di Kota Batam menuju Batam sebagai bandar dunia yang
madani. Dan kita bisa belajar banyak dari Provinsi Maluku Utara tentang
bagaimana cara pemeliharaan kerukunan umat bergama. Workshop Wawasan
Multikultural dan Dialog Lintas Agama di
Kota Ternate sangat penting dilaksanakan untuk konsolidasi ke luar sebagai
bagian dari upaya pembelajaran tentang pemeliharaan kerukunan di Maluku Utara
di samping juga untuk menambah wawasan kebangsaan, kebhinekaan dan
nasionalisme. (eko2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar