Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun baru Saka yang
jatuh pada tanggal 17 Maret 2018 mengandung makna untuk meningkatkan kualitas
sradha dan bhakti serta meningkatkan kerukunan intern Agama Hindu maupun
kerukunan antar umat beragama di Kota Batam, membangun kebersamaan, menuju
kehidupan yang damai dan harmonis dalam rangka menuju Batam sebagai Bandar
Dunia Madani.
Ajaran Agam Hindu memiliki ajaran yang sangat
luas dan bersifat universal, salah satu ajarannya yaitu Vasudaiwa kutumbhakam, yang secara harfiah berarti kita semua
adalah bersaudara. Dengan menyadari hakikat dari persaudaraan hakikat dari
persaudaraan sebagai bagian dari sebuah bangsa yang besar kami yakin bisa
membangun kebersamaan dalam keberagaman untuk menjaga keutuhan NKRI dengan
empat pilar kebangsaan sebagai pedoman dasar umat Hindu di Kota Batam, yaitu
UUD 1945, Pancasila, Bhinekka Tunggal Ika dan NKRI Harga mati.
Sehubungan dengan hal ini, maka tema yang pada perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1940
adalah ”MELALUI
CATUR BRATA PENYEPIAN KITA TINGKATKAN SOLIDITAS SEBAGAI PEREKAT KEBERAGAMAN
DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI” Pemilihan tema ini didorong oleh kesadaran bahwa
kekuatan bangsa Indonesia justru pada adanya keberagaman dan kebhinekaan. Kami
ingin terus menyerukan bahwa Indonesia akan menuju kejayaannya jika dibangun dari
rasa kebersamaan, saling menghormati, toleransi, dan persaudaraan yang kuat,
sehingga masyarakat merasakan ketenangan, kenyamanan, keamanan, tidak merasa
terganggu dan bebas melakukan aktifitas social berdasarkan norma norma social
relegiusitas.
Sesuai dengan konsep Tri Hita Karana, maka penjabaran tema tersebut walaupun dalam skala
terbatas, untuk di kota Batam kami lakukan melakukan bhakti sosial di daerah
Tembesi Buton RT. 01, RW. 01, Kecamatan Batu Aji pada hari Minggu tanggal 11
Maret 2018 bersama Sai Devotee dari Singapore. Yang kedua adalah yoga massal di
dataran Engku Putri pada hari Minggu tanggal 25 Maret 2018. Dilanjutkan dengan
ikut berpartisipasi dalam kegiatan Batam Menari yang delenggarakan oleh Badan
Pengusahaan Batam pada tanggal 8 April 2018.
Secara ritual, menjelang hari raya Nyepi pada
tanggal 11 Maret 2018, kami umat Hindu Kota Batam melaksanakan Upacara Melasti
yang bertujuan membersihkan/meyucikan alam semesta dan memohon kesucian,
kebahagiaan dan kesejahteraan kepada Hyang Widhi/Tuha Yang Maha Esa.
Pada saat yang sama, di pelataran Candi
Prambanan, Provinsi Daerah Istemewa Yogyakarta, juga dilaksanakan Prosesi
Upacara Taur Agung tingkat nasional yang dirangkaikan dengan Pawai Ogoh – Ogoh
yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Menteri Agama RI, Dirjen Bimas
Hindu, Gubernur DI. Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, anggota dewan dan pejabat
publik serta tokoh masyarakat dan umat Hindu.
Rangkaian kegiatan – kegiatan tersebut diharapkan
menjadi perekat persatuan dan kesatuan mempererat hubungan yang harmonis intern
umat Hindu, antar umat beragama dan hubungan harmonis antara pemeluk agama
dengan pemerintah. Disamping itu kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan
hubungan yang harmonis antara semasa manusia, hubungan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhan, dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan
lingkungan alam sekitar tempat kita tinggal. Ketiga hubungan tersebut disebut
Tri Hita Karana.
Puncak kegiatan perayaan
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940
dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 06.00 WIB sampai hari
Minggu, 18 Maret 2018 pukul 06.00 WIB. Umat Hindu di Kota Batam akan melaksanakan Catur
Brata Penyepian yaitu: Amati Geni (tidak menyalakan api).
Maksudnya adalah bukan hanya tidak menyalakan api sungguhan, namun kita harus
mengendalikan amarah dalam diri kita sendiri. Yang kedua adalah Amati Karya (tidak
bekerja). Maksudnya menyepikan indera-indera kita terhadap aktivitas duniawi,
mengendalikan indera-indera kita. Kita
senantiasa diharapkan untuk melakukan tapa yoga Samadhi. Yang ketiga Amati
Lelungan (tidak bepergian). Maksudnya adalah kita tidak membiarkan
pikiran mengembara tak tentu arah, pikiran senantiasa diarahkan untuk selalu memikirkan
hal-hal tentang keagungan Tuhan. Terakhir adalah Amati Lelanguan (tidak mencari kesenangan). Maksudnya
bahwa kita harus membatasi kesenangan sehari-hari, puasa tidak makan dan minum,
nonton TV, mendengarkan musik dan hiburan lainnya.
Hari Raya Nyepi adalah momentum untuk melakukan
instropeksi diri untuk melakukan perbaikan kualitas sradha dan bhakti umat
Hindu sehingga di masa depan dapat menjadi umat yang berbudi pekerti luhur.
Untuk meningkatkan kualitas sradha dan bhakti/keimanan umat Hindu maka akan
kami pentaskan 4 (empat) persembahan kesenian dalam parade seni budaya kali ini
yaitu tari sekapur sirih, tari Panyembrama, Tari Rejang Renteng, Tari kolosal
Garuda Wishnu Kencana dan yang diawali dengan pawai Ogoh – ogoh di sepanjang
Jalan Gajah Mada sampai simpang pertigaan Lampu Merah Universitas International
Batam kemudian kembali lagi ke Pratamaning Mandala Pura Agung Amerta Bhuana.
Pada
Hari Jumat, 16 Maret 2018 atau tepatnya satu) hari sebelum Nyepi diadakan
upacara Tawur Kesanga dan Pawai Ogoh – ogoh yang dirangkaikan dengan
Parade Seni Budaya.
Kegiatan
dimulai dengan persembahyangan bersama umat Hindu Kota Batam yang dipimpin oleh
Pinandita Putu Satria Yasa dan Pinandaita Agung Arief Suryanatha. Tujuan dari
kegiatan ini adalah memohon pengampunan dan anugerah dari Tuhan agar besok
dalam melaksanaka Catru Brata Penyepian dapat berjalan dengan lancar.
Selanjutnya
Gubenur Kepri dalam hal ini diwakili Kepala Biro Kesra melepas pawai ogoh –
ogoh di sepanjang jalan Gajah Mada no. 3 sampai UIB lalu putar balik ke Pura
Agung Amerta Bhuana. Hadir pada kesempatan itu Kepala Kantor Kementerian Agama Kota
Batam, Kasi Urakris, Penyelenggara Buddha Kan Kemenag Kota Batam, Pembimas
Buddha, anggota Dewan, Tokoh umat pimpinan ormas lintas agama dan tamu undangan
lainnya.
Setelah
pawai Ogoh – Ogoh dilanjutkan dengan upacara ceremonial parade seni budaya
menyambut Nyepi tahun baru Saka 1940. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua
panitia yang menjelaskan progress acara Nyepi 2018 di Kota Batam. Dilanjutkan
dengan sambutan Ketua PHDI Prov. Kepulauan Riau. Dilanjutkan sambutan Ketua
Perhimpunan Lintas Agama (PELITA), sambutan Kepala BP Batam dan Sambutan Kepala
Biro Kesra Kepulauan Riau. Dilanjutkan penyerahan cindera mata dan sesi foto
bersama.
Kegiatan Upacara Tawur Kesanga bertujuan
untuk memotivasi umat Hindu secara ritual untuk senantiasa melestarikan alam
beserta isinya. Upacara Tawur kesanga juga bertujuan untuk menyeimbangkan
energi alam, hubungan manusia dengan alam lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan manusia. Melalui prosesi Tawur kita melakukan upacara butha yadnya
untuk menyeimbangkan kekuatan unsur bhuta kala sehingga dapat ikut menjaga
kelangsungan kehidupan di dunia.
Upacara Tawur Kesanga dirangkaikan dengan
Pawai Ogoh-ogoh. Pada kesempatan ini umat Hindu di Batam mengarak ogoh-ogoh simbul perwujudan bhuta
kala. Ogoh - Ogoh dilambangkan sebagai gambaran sifat buruk manusia seperti
marah, iri, lobha, serakah, dengki, sombong,bingung dan lain sebagainya.
Setelah selesai diarak ogoh-ogoh ini akan dipralina sebagai simbol bahwa kita
telah membakar sifat buruk manusia sehingga pada esok harinya umat Hindu tenang
dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Dalam sastra disebutkan pula bahwa
pemaknaan ogoh-ogoh juga membantu para bhuta kala meningkatkan evolusi rohnya menuju
ke hal yang lebih baik.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh panitia pelaksana dan umat Hindu di
Kota Batam, di antaranya menjaga kerukunan internal dan eksternal umat beragama
di kota Batam, menjaga kebersihan dan ketertiban umum, tidak melakukan
pemborosan dengan memaksimalkan potensi yang ada dengan penggunaan anggaran
yang efektif dan efesien, tidak merusak flora dan fauna serta tidak mengganggu
ekosistem alam yang ada, memperhatikan budaya dan kearifan loka di Bumi Melayu,
dan Senantiasa mengedepankan koordinasi dengan intansi terkait agar tidak
terjadi hal-hal yang dinginkan serta berpedoman dan taat terhadap Tata
Peraturan Perundang-Undangan NKRI. (ep2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar