Pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 Prof. Ketut Widnya selaku Dirjen Bimas Hindu
Kementerian Agama RI memberikan materi pembekalan kepada peserta Pelatihan
Kepemimpinan Nasional (Pakemnas) IX DPN Peradah Indonesia di Mahajaya Hotel,
Denpasar, Bali.
Mengawali pembekalannya, Dirjen Bimas Hindu mengajak pemuda Hindu melakukan
pembinaan pendekatan budaya dalam pembinaan umat, bukan hanya dengan pendekatan
agama. Agama dengan sendirinya akan selalu beriringan dengan adat dan budaya.
Misalnya di Bali yang sangat kuat adat
dan di tradisinya. Di Jawa, Papua, Kalimantan dan sebagainya pastilah berbeda. Pengembangan
agama lewat seni budaya contoh pengembangan Kecak ala Papua, tentunya ini
sangat menarik wisatawan lokal dan manca negara. Seni lebih berkembang dan
sangat efektif dan Kolaborasi budaya Papua dan Bali ini sangatlah luar biasa.
Agama Hindu menyumbangkan budaya yang tinggi kepada Indoensia apalagi Bali di
sektor wisata.
Bimas Hindu telah memberi contoh nyata pembinaan umat melalui pendekatan
budaya yaitu melalui Utsawa Dharma Gita
(UDG) untuk memberi wadah apresiasi seni baca kitab suci Weda dan UDG kali ini
adalah yang ke-13 yang akan dilaksanakan di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Dan Pemprov. Sumatera Selatan akan membangun pusat senin budaya Hindu untuk
umat Hindu. Masyarakat tidak akan merasa terganggu jika dibangun pusat budaya
berbeda dengan agama. Pendekatan Lomba budaya pada perguruan tinggi adalah ajang
Temu Karya Ilmiah yang kita kenal dengan Temu Karya Ilmiah (TKI). Ditjen Bimas
Hindu akan terus memupupuk nilai-nilai agama Hindu melalui budaya di kampus.
Selanjutnya adalah ajang Jambore pasraman yang pesertanya anak-anak dari
tingkat SD, SMP dan SMA. Mari kita pupuk
dan perkenalkan budaya Weda pada anak-anak melalui Jambore Pasraman, Mahasiswa
melalui TKI, masyarakat melalui Utsawa Dharma Gita. Jadi kesimpulannya
nilai-nilai agama Hindu akan selalu beriringan dengan budaya. Hal ini yang teru
dikembangkan oleh Ditjen berkerjasama dengan PHDI.
Lebih lanjut Dirjen Bimas Hindu manyatakan bahwa setelah Kemerdekaan RI
tahun 1945 peradaban Hindu di Indonesia mulai berkembang pesat. Sebagai
buktinya setiap provinsi ada umat Hindunya yang berkembang dan berkarya dalam
membangun dan mengembangkan nilai-nliai budaya Hindu seperti tempat suci
terutama di Bali. Pura adalah tempat di mana umat Hindu bisa melakukan kegiatan
keagamaan, ekonomi, sosial, budaya dan juga pendidikan keagamaan Hindu.
Ada beberapa persoalan Umat yang kita hadapai dewasa ini. Di antaranya adalah
rendahnya pemahaman umat Hindu terhadap ajaran agama. Menurut beberapa sumber
terpercaya, umat Hindu ada di posisi ke-3 setelah Agama Islam dan Kristen. Di
Agama lain pendidikan agama itu sudah ditekankan sejak usia dini. Sehingga
tidak heran jika di usia dini sudah bisa menghafal akitab suci dan berani
tampil sebagai pembicara dan mereka mendapat apresiasi dari pemerintah. Untuk
itu apapun profesi kita maka kita harus memahami agama Hindu kemudian
mengajarkannya kepada anak-anak kita. Jangan serahkan semua pendidikan anak
kita kepada guru Agama di sekolah. Solusi lain yang bisa kita ambil adalah bersinergi
dengan Parisada dan semua lembaga keagamaan Hindu termasuk Peradah Indonesia. Bimas
Hindu telah memberikan bantuan kepada lembaga agama dan keagamaan termasuk
Peradah untuk operasional pembinaan umat Hindu di daerah. Sehingga bantuan
operasional dan sarana ini akan memberikan motivasi kepada lembaga keagamaan
untuk lebih semangat dalam melakukan pembinaan. Hal ini sejalan dengan visi
Bimas Hindu yang dijabarkan dalam misi Bimas Hindu salah satunya adalah
meningkatkan pemahaman ajaran ajaran Hindu. Indikatornya adalah semakin banyak
umat Hindu yang terbina apakah berubah sikap. Dirjen Bimas Hindu menegaskan Ini
bukan hanya tanggung jawab Dirjen Bimas Hindu melainkan tanggun gjawab semua
lembaga Hindu terutama PHDI dalam membina umat. Makanya nomenklatur Hindu di
Kementerian Agama adalah Bimbingan Masyarakat Hindu yang tertuang dalam visi misi
Direktorat.
Hasil pembinaan tidak dapat diukur dengan segera/isntan. Memerlukan
waktu yang relatif lama. Artinya setelah
diberikan pembinaan dan bantuan apakah umat sudah berubah perilakunya?. Tidak
ada yang bisa menjamin bahwa semua pembinaan dan bantuan dari pemerintah itu
akan merubah sifat dan karakter umat Hindu. Minimal umat Hindu kita fasilitasi
dengan pembinaan, pemberian bantuan dan seni budaya seperti UDG, Jambore
Pasraman, Festival Bhagavadgita dan lain sebagainya.
Permasalahan selanjutnya adalah Lemahnya SDM Penyuluh Agama Hindu. Idealnya
100 umat Hindu dibina oleh 1 penyuluh Agama Hindu. Menurut data yang dihimpun
di lapangan bahwa kita memilikki jumlah penyuluh PNS sebanyak 150 (seratus lima
puluh) orang, dan tersebar Bali sebanyak 80 (delapan puluh). Jadi sekitar 70 penyuluh tersebar di seluruh
Indonesia. Untuk jumlah Non PNS: 2500 (dua rubu lima ratus) Penyuluh Agama
Hindu non PNS. Penyuluh adalah ujung
tombak Pembinaan Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI. Pemerintah telah
menaikkan honor penyuluh non PNS dari Rp. 300.000,- menjadi Rp. 500.000,- dan Ke
depan akan diperjuangkan mejadi Rp. 2.500.000 per bulan dengan catatan jumlah
dikurangi dan penyuluh berkompeten. Memang kita akui masih ada beberapa penyuluh
yang aktif dan ada juga penyuluh yang tidak aktif melakukan kegiatan pembinaan.
Ini harus ditindaklanjuti. Kabid dan Pembimas Hindu harus pro aktif melaporkan
penyuluh yang tidak aktif sehingga kita bisa melakukan evaluasi dan pembinaan
terhadap penyuluh agama Hindu non PNS.
Menurut laporan dari Pembimas Hindu yang diterima Ditjen Bimas Hindu masih
banyak penyuluh Agama hindu yang tidak kompeten dan tidak memberi penyuluhan dan
juga laporan kepada Pembimas Hindu. Walau pendidikan terakhir penyuluh sudah
sarjana belum tentu bisa dan siap memberikan penyuluhan. Sebagai solusinya kita
bisa meningkatkan kompetensi penyuluh dengan mengadakan workshop, orientasi,
sertfiikasi dan pelatihan diklat serta lomba Penyuluh Non PNS.
Permasalahan yang ke tiga adalah masih sedikitnya formasi gur, CPNS, struktur
Kepala Seksi (Kasi) dan Penyelenggara di Kabupatan kota. Jika tersedia data jumlah
umat by name, data sekolah sekolah, pasraman maka akan ada rekomendasi dari
Bupati Gubernur untuk pengusulan guru, CPNS dan juga membentuk struktur Kepala
Seksi (Kasi) dan Penyelenggara di tingkat Kabupaten. Solusi yang bisa kita
lakukan Solusi adalah berjuang di jalur politik. Maka dari itu umat Hindu yang
duduk sebagai anggota DPR RI, DPRD dan DPD harus memperjuangkan formasi guru,
CPNS dan struktur Kasi dan Penyelenggara.
Di Kanwil Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah akan diperjuangkan lagi menjadi Kepala Bidang sehingga akan ada kasi
minimal 4 Kasi. Menyusul daerah lain Ini adalah perjuangan politik.
Prof. Widnya juga berkesempatan menjawab Pertanyaan DPP. Peradah NTB
perihal upaya konversi agama di NTB. Pulau Bali memang menjadi barometer seni
budaya dan agama. Tetapi di luar Bali masih banyak persoalan seperti di Lombok.
Terjadi konversi agama dan lain-lain. bagaimana langkah-langkah memperkokoh
sradha dan Bhakti. Pola pendidikan kepada generasi muda Hindu agar sradha kuat.
Lembaga mana yang menangani pembinaan umat? Persoalan selanjutnya adakah pembinaan umat Hindu yang kurang? Upaya Ditjen
Bimas Hindu dengan meningkatkan jumlah penyuluh agama Hindu non PNS saja itu
tidak cukup, harus ada penambahan Kasi Bimas Hindu dan Penyelenggara Hindu.
Seperti pembahasan sebelumhya bahwa salah satu kelemahan kita adalah kita punya
penyuluh tetapi tidak kompeten dan jarang melakukan penyuluhan. Pada prinsipnya
penyuluh agama Hindu adalah sebagai ujung tombak pembinaan umat Hindu. Untuk
mencegah upaya konversi maka kita bisa menegur langsung pelakunya, jika masih
berlanjut upaya itu maka laporkan saja kepada yang berwajib karena kebebasan
beragama itu diatur dan dilindungi oleh Undang-Undang. Tetapi kita harus
mengembakan toleransi umat beragama yang sudah dikembangkan di Indonesia juga di
dunia.
Sebenarnya Parisada juga sudah melakukan pembinaan. Rendahnya pemahaman
penyuluh juga berpengaruh. Disini soft skill Penyuluh Agama Hindu harus kita
tingkatnya terutama mengenai kemampuan berbicara, problem solving dan seni berkomunikasi.
Solusi selanjunya adalah Ditjen Bimas Hindu akan melakukan evaluasi terhadap
kejadian ini. Terutama mengevaluasi SDM Penyuluh dengan berkoordinasi dengan
Kabid Urusan Agama Hindu, Pembimas Hindu, Kasi dan Penyelenggara Hindu di daerah.
Dirjen Bimas Hindu berharap Peradah juga aktif membina dalam hal pembinaan
generasi muda.
Di bidang pendidikan Dirjen Bimas Hindu akan mendirikan sekolah pasraman
formal sesuai PMA nomor 56 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Hindu. Sistem
pendidikan ashram terbukti sangat efektif untuk membentuk karakter generasi
muda seperti pola pada pondok pesantren yang diyakini akan mampu membentuk karaktaer
siswa di pasraman. Di pasraman akan diperkuat dengan kurikulum agama Hindu. Ini
harapan kita lewat jalur pendidikan asrama membentuk karakter generasi muda yang
mengerti agama dan memperjuangkan pembinaan agama. Bimas Hindu juga sudah mendirikan
pusat pendidikan di luar Bali sperti STAHN Gede Pudja, STAHN Tampung Penyang
dang beberapa perguruan tinggi Hindu swasta lainnya sebagai pusat pengembangan
pendidikan Hindu di luar Bali. Sistem Pendidikan Boarding School bisa kita
kembangkan, ini akan menjadi sejarah baru dalam pembinaan generasi muda Hindu.
Ke depan Pasraman formal akan diperjuangkan satuan kerja atau Unit Pelayanan
Teknis (UPT).
Untuk di Bali kita sudah memilikki IHDN, UNHI, dan baru-baru ini Ditjen
Bimas Hindu sudah melakukan penegerian STAHN Empu Empu Kuturan. Pendidikan Pasraman
masuk dalam visi misi pemerintah dalam
hal ini Ditjen Bimas Hindu. Murid Hindu juga harus diajar oleh guru yang
beragama Hindu sesuai dengan Undang-Undang pendidikan Nasional. Pihak Kampus juga
harus melakukan pengabdian masyarakat sebagai bentuk penerapan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Solusi selanjutnya
yang bisa kita tawarkan adalah gerakan gemar membaca kitab suci Weda. Gerakan ini
akan dilaunching oleh Menteri Agama dalam waktu dekat. Dosen dan mahasiswa paska sarjana bisa melakukan
penelitian sekaligus melakukan pembinaan di daerah umat yang minim akan
pembinaan.
Di Bali sebenarnya sudah mewarisi tradisi kerajaan yaitu gemar membaca
sastra dan lontar terjemahan Weda. Tetapi di luar bali hal ini ternyata menjadi
masalah tersendiri. Banyak umat yang tidak gemar mebawa sloka apalagi kekawin.
Untuk itu pembelajaran Weda harus dikenalkan kepada anak-anak diawali dengan
cerita – cerita Itihasa dan Purana seperti Kisah Kepahlawanan Mahabharat dan
Ramayana. Anak-anak akan tertarik mempelajari Weda. Akan tumbuh sradha dan
bhakti pada diri umat Hindu setelah membaca Itihasa dan Purana. Kitab suci Weda
yang terlalu banyak kodifikasinya membuat umat sulit untuk memahaminya, maka Bimas
Hindu akan fokus pada pengadaan kitab Bhagavdgita dab Sarasamuccaya. Dari sisi
Histyoris di Bali ada 3 (tiga) aliran besar yang ada dalam agama yaitu
Siwaisme, Wasinawa, dan Tantra. Ketiga nya berbeda. Di Bali Kombinasi Siwaisme
dan Tantraisme menjadi Siwa Sidhanta. Hal ini yang membuat budaya Hindu sangat
kompleks.
Di akhir paparannya Dirjen Bimas Hindu menyampaikan fakta bahwa pelemahan
generasi muda melalui narkoba juga menjadi masalah besar dalam pembinaan umat
di samping miras dan pornografi sehingga penyuluh harus melengkapi bahan
pembinaannya tidak hanya masalah agama tetapi juga materi pembinaan bahaya Penyalah
gunaan narkoba, Penanggulangan Penyakit HIV AIDS, Bahaya miras, kenakalan
remaja, pranikah, keluarga sukhinah dan bahaya narkoba. (eko prasetyo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar