Sabtu, 25 Maret 2017

Nyepi yang Hening

Sesuai dengan edaran dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Nomor: 27/Parisada Pusat/II/2017 perihal Kegiatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 menetapkan Tema Nasional Hari Raya Nyepi yaitu: "Jadikan Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebhinekaan Berbangsa dan Bernegara Demi Keutuhan NKRI".

Tahun baru Saka memang berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi yang dirayakan dengan sangat meriah dengan pesta kembang api, petasan, musik dan lain sebagainya. Perayaan Tahun Baru Saka lebih ke arah pendalaman spiritual dengan mengajak umat Hindu di Indonesia untuk melakukan tapa brata yoga dan samadhi, melakukan instropeksi diri.

Setiap tahun umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi dengan melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan ritual dan spiritual, sebagai wujud pengamalan ajaran Agama Hindu yang sarat dengan makna nilai filosofis. Nilai filosofis itu merupakan nilai intrinsik bagi umat Hindu, bahkan merupakan nilai universal yang dapat diaktualisasikan dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat positif dan penting untuk dilaksanakan secara terus menerus setiap tahunnya. Mengingat ini merupakan salah satu upacara Panca Yajña yang bertujuan untuk menyucikan dan memuliakan para dewa, para maharsi, leluhur, bhuta kala dan kesejahteraan manusia serta proses membumikan ajaran Weda. Di dalam kehidupan agama Hindu telah tumbuh keinginan umat Hindu untuk meningkatkan  cara-cara hidup beragama serta mendalami aspirasi agamanya  dengan menggunakan   pendekatan rasionalistas dan filosofis guna menembus tabir dogmatisme, dengan menggunakan kajian sastra Hindu yang terhimpun dalam berbagai pustaka suci Weda, Lontar (nibhanda) dan sumber sastra lainnya. Peninggalan Leluhur Hindu yang adiluhung. Pelaksanaan Rangkaian hari Raya Nyepi merupakan usaha untuk mewujudkan loka samgraha (tempat atau suasana yang damai) dan juga satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan Sundaram (keindahan). Hal ini dilandasi oleh  Dharma Siddhiyarta yaitu: Iksa (Tujuan), Sakti (kemampuan), Desa (tempat), Kala (waktu), dan Tattwa (keyakinan/sastra). Sehingga penerapan upacara keagamaan Hindu di Kota Batam akan berbeda dengan yang ada di Bali. Itulah Hindu yang sangat fleksibel dan universal.

Upacara Yajña  merupakan salah satu pendekatan diri kepada Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk mencapai kesempurnaan lahir batin sebagaimana diungkapkan dalam sastra suci. Oleh karena itu kegiatan upacara Yajña  adalah merupakan aktivitas keagamaan yang paling tampak pertama dalam implementasi kehidupan keagamaan Hindu sesuai dengan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu: Tattwa, Susila dan Upakara). Dan umat Hindu di Kota batam melaksanakan perayaan Nyepi 1939 Caka dengan sederhana tetapi penuh dengan makna. rangkaian demi rangkaian telah dlakukan. Puncaknya adalah pelaksanaan Catur Brata Penyepian pada tanggal 28 Maret 2017. Hari raya Nyepi dirayakan setiap tahun sekali pada Sasih Kesanga, biasanya jatuh pada bulan Maret.  Dan pada tahun ini Nyepi jatuh pada hari Selasa, 28 Maret 2017.

Umat Hindu biasanya juga diwajibkan melakukan dana punia. Parisada  Hindu Dharma Indonesia telah menetapkan 4,7 % penghasilan yang kita puniakan melalui sebuah Badan Dharma Nasional (BDDN). Umat Hindu bias menyalurkan punia sebesar 4,7% dari penghasilan melalui nomor rekening bank BDDN Parisada. Adapun peruntukan dari dana punia BDDN Parisada ini adalah untuk pemberdayaan ekonomi umat Hindu, pendidikan (pemberian beasiswa), dan lain-lain.

Pada Hari Minggu, 26 Maret 2017, tepatnya 2 (dua) hari sebelum Nyepi diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur Kesanga ini dilaksanakan pada hari Senin, 27 Maret 2017 bertepatan dengan hari suci Tilem Kesanga. Keesokan harinya, pada tanggal apisan Sasih Kedasa dilaksanakan brata penyepian. Setelah Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan kemudian umat melaksanakan Dharma Shanti. Adapun semua rangkaian perayaan Nyepi akan dijabarkan secara rinci di bawah ini.

Menghias Nasi Tumpeng Oleh WHDI Kepulauan Riau dan Kota Batam

Rangkaian Pertama Nyepi yang dilaksanakan umat Hindu di Batam adalah lomba menghias tumpeng yang diselenggarakan oleh Wanita Hindu Dharma Indonesias (WHDI) Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Batam pada hari Minggu, tanggal 12 Pebruari 2017 di Aula Pasraman Jnana Sila Bhakti, Kota Batam.

Gerakan Penanaman Pohon oleh DPP Peradah Prov. Kepualuan Riau

Dan pada hari Minggu, 26 Pebruari 2017 umat Hindu Kota Batam yang tergabung dalam Perhimpunan Pemuda Hindu (PERADAH) Prov. Kepulauan Riau mengadakan gerakan penghijauan sekitar pura Agung Amertha Bhuana. Kegiatan ini merupakan rangkaian perayaan hari Raya Nyepi.

Siaran Interaktif Hari Raya Nyepi di RRI

Drs. I Wayan Catra Yasa, MM selaku Ketua Paruman Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia Prov. Kepulauan Riau dan Penyelenggara Hindu pada Kantor Kemenetrian Agama Kota Batam juga telah melakukan siaran Interkatif pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017 di RRI Batam, Graha Pena, Batam Centre dengan tema Nyepi dan Pengendalian Diri.

Penampilan Ogoh – Ogoh di Simpang Lampu Merah nagoya pada acara Car Free Day

Pada hari Minggu pagi tanggal 26 Maret 2017 mulai jam 06.00 s/d jam 09.00 akan ditampilkan Ogoh-Ogoh di sepanjang Jalan di Simpang Lampu Merah Nagoya bertepatan dengan Acara Car Free Day.

Melasti, Minggu 26 Maret 2017

Adapun rangkaian selanjutnya adalah Acara Melasti/Makiyis di mana waktu pelaksanaanya menyesuaikan kesepakatan dan tradisi masyarakat setempat (loka drsta), dan untuk di Kota Batam dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 Maret 2017 jam 17.00 WIB di danau Sei Ledi.

Umat Hindu Batam mengadakan Melasti pada hari Minggu, 26 Maret 2017 di Danau Sei Ledi sehari sebelum Tawur Agung, sekitar pukul 17.00 WIB. Berkaitan dengan upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swamandala sebagai berikut:

Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana

Artinya:
Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.

Dalam Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:

Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara

Artinya:

Mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah samudera.

Sumber lain menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan wastra:

Pesucian dewa kalinggania pamratista bethara kabeh

Menusucikan sthana para dewa

Jadi tujuan Melasti di samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudera. Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan 

Tawur Agung, Senin 27 Maret 2017

Dilanjutkan Upacara Tawur Agung Kesanga yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 Maret 2017. Tawur Agung Kesanga tingkat Nasional dipusatkan di Candi Prambanan, Daerah Istemewa Yogyakarta pada tanggal 27 Maret 2017.

Setelah upacara Melasti, pada keesokan harinya tepatnya hari Senin, 27 Maret 2017 umat Hindu Batam melaksanakan upacara Tawur Kesanga di Pura Agung Amerta Bhuana. pagi harinya bertepatan dengan

Upacara Tawur Kesanga bertujuan untuk memotivasi umat Hindu secara ritual untuk senantiasa melestarikan alam beserta isinya. Upacara Tawur juga bertujuan untuk menyeimbangkan energI alam, karena alam terdiri dari energy positif dan negative. Melalui prosesi Tawur kita melakukan mecaru untuk menyeimbangkan kekuatan unsur bhuta kala sehingga dapat ikut menjaga kelangsungan dunia.

upacara Tawur Kesanga identik dengan Pawai Ogoh-ogoh. Dan pada kesempatan ini umat Hindu Batam membuat 2 (dua) ogoh-ogoh terdiri dari perwujudan bhuta kala. Ogoh - Ogoh dilambangkan sebagai bhuta kala yang merupakan gambaran sifat buruk manusia (sad ripu) seperti marah, iri, lobha, serakah, bingung dan lain sebagainya. Setelah selesai diarak ogoh-ogoh ini akan dibakar sebagai simbol bahwa kita telah membakar sifat buruk manusia sehingga pada esok harinya umat Hindu tenang dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Dalam sastra disebutkan pula bahwa pawai ogoh - ogoh juga membantu para bhuta kala meningkatkan kualitas kesuciannya sehingga bhuta kala menjadi nyomya atau somya.

Menurut petunjuk lontar Sanghyang Aji SwamandalaTawur Kesanga termasuk upacara Bhuta Yajña . Yajña  ini dilaksanakan manusia dengan tujuan untuk menumbuhkan kesejahteraan alam lingkungan. Dalam Sarasamuscaya 135 (terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan bahwa untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus menyejahterakan semua makhluk (Bhutahita).

“Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan masih ring sarwa prani.”
Artinya:

Oleh karenanya, usahakanlah kesejahteraan semua makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk.

“Apan ikang prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mang dharma, artha kama moksha.”

Artinya:

Karenanya kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha.
            
Catur Brata Penyepian

Pada hari Selasa pagi tanggal 28 Maret dari jam 06.00 WIB sampai dengan Hari Rabu pagi, tanggal 29 Maret 2017 jam 06.00 WIB umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian..

Filsafat tentang Catur Brata penyepian ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut:

“…..enjangnya nyepi amati geni, tan wenang sajadma anyambut karya, sakalwirnya, ageni-geni saparanya tan wenang, kalinganya wenang sang wruh ring tattwa gelarakena semadi tama yoga ametitis kasunyatan.”

Artinya:

“….besoknya, Nyepi, tidak menyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan, berapi-api dan sejenisnya juga tidak boleh, karenanya orang yang tahu hakekat agama melaksanakan samadhi tapa yoga menuju kesucian.”
           
Parisada Hindu Dharma Indonesia telah mengembangkan menjadi Catur Brata Penyepian untuk umat pada umumnya yaitu:

1.    Amati Geni (tidak menyalakan api). Maksudnya adalah bukan hanya tidak menyalakan api sungguhan, namun kita harus mematikan amarah dalam diri kita sendiri.
2. Amati Karya (tidak bekerja). Maksudnya menyepikan indera-indera kita terhadap aktivitas duniawi, mengendalikan indera-indera kita. Kita senantiasa diharapkan untuk melakukan meditasi pada Brahman.
3.  Amati Lelungan (tidak bepergian). Maksudnya adalah kita tidak membiarkan pikiran mengembara tak tentu arah, pikiran senantiasa diarahkan untuk selalu memikirkan hal-hal tentang keagungan Brahman.
4.    Amati Lelanguan (tidak mencari kesenangan). Maksudnya bahwa kita harus membatasi kesenangan sehari-hari, seperti makan dan minum, nonton TV, musik dan sebagainya.

Tujuan utama Catur Brata Penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan moksa.   Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan masa datang. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau membayar.

Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan perbuatan member, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan member perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti memotivasi umat Hindu untuk selalu menyeimbangkan jiwa.

Hendaknya Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tinggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma.

Untuk melaksanakan Nyepi yang benar-benar spiritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcanaUpawasa artinya melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam. Kata “upawasa” dalam Bahasa Sanskerta berarti kembali suci. Mona artinya tidak bicara (termasuk dalam pikiran). Dhyana artinya melakukan pemusatan pikiran pada Brahman atau lebih sering disebut meditasi. Arcana yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah

Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksanakan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebasan rohani itu memang juga suatu ikatan, namun ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan

Ngembag Geni

Rangkaian Ngembak Geni dilaksanakan pada hari Rabu pada tanggal 29 Maret 2017 mulai jam 06.00 waktu setempat. Ngembak geni secara harfiah adalah kembali menyalakan api, artinya umat Hindu mulai bekerja beraktifitas sesuai dengan swadharmanya masing-masing berlandaskan ajaran dharma atau kebenaran. Ngembak geni juga bermakna kit merayakan kemenangan setelah menjalankan Catur Brata Penyepian dengan berkunjung dari rumah ke rumah saling menyiarkan ajaran dharma dan menceritakan ajaran kebenaran atau dharma vada.

Dharma Santi Nyepi

Sebagai puncaknya adalah dharma santi yang dilaksanakan pada Bulan April 2017 di Pura Agung Amerta Bhuana. Dharma Santi dilaksanakan secara sederhana sesuai dengan kemampuan dan budaya setempat. Iksa sakti desa kala dan tattwa. Dharma Santi Nyepi yang rencananya akan diadakan di Pura Agun Amerta Bhuana. Dharma Santi adalah simbol persatuan umat di mana umat saling bertemu, bertegur sapa menyampaikan dan mendengar pesan perdamaian dan kebenaran dalam nuansa dhama (agama). Umat Hindu saling maaf memaafkan dan melakukan simakrama

Demikian sedikit ulasan tentang perayaan hari raya Nyepi di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, semoga kita semua dapat melaksanakan rangkaian perayaan Nyepi 1939 saka dengan baik. Semoga melalui momentum Hari Raya Nyepi 1939 Saka kita dapat melakukan instropeksi diri dan penyadaran diri untuk menjadi umat Hindu yang lebih baik. Di samping juga mempererat peratuan umat Hindu dan antar Umat Beragama, menjaga kerukunan intern dan ekstern umat bergama menuju Batam sebagai bandar dunia yang madani.

Maka dari dalam melaksanakan kegiatan tersebut panitia pelaksana Hari Raya Nyepi 2017 di Kota Batam untuk menjaga kerukunan internal dan eksternal umat beragama di kota Batam, menjaga kebersihan dan ketertiban umum, idak melakukan pemborosan dengan memaksimalkan potensi yang ada dengan penggunaan anggaran yang efektif dan efesien, idak merusak flora dan fauna serta tidak mengganggu ekosistem alam yang ada, memperhatikan budaya dan kearifan loka di Bumi Melayu, senantiasa mengedepankan koordinasi dengan intansi terkait agar tidak terjadi hal-hal yang dinginkan dan berpedoman dan taat terhadap Tata Peraturan Perundang-Undangan NKRI.(ep2107).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar