Umat Hindu di Kota batam Melaksanakan Perayaan Nyepi dengan sederhana tetapi penuh dengan makna. rangkaian demi rangkaian telah dlakukan. Puncaknya adalah pelaksanaan Catur Brata Penyepian pada tanggal 21 Maret 2015 yang disusul dengan Dharma Santi..
Hari raya Nyepi dirayakan setiap tahun sekali pada Sasih Kesanga, biasanya jatuh pada bulan
Maret atau April. Dan pada tahun ini
Nyepi jatuh pada hari Sabtu, 21 Maret 2015. Beberapa hari sebelum Nyepi
diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur Kesanga ini dilaksanakan pada Tilem Kesanga. Keesokan harinya, pada
tanggal apisan Sasih Kedasa
dilaksanakan brata penyepian. Setelah
Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan
kemudian umat melaksanakan Dharma Shanti.
Rangkaian Pertama Nyepi yang dilaksanakan umat Hindu Batam adalah Bhakti Sosial di Panti Wredha (Panti Jompo) di Kawasan Ocarina pada hari Minggu, 8 Mare 2015. Kegiatan ini diprakarsai oleh Ibu - Ibu yang tergabung dalam WHDI. Tujuan kegiatan ini adalah membantu meringankan beban sesama menyumbangkan sebagian kecil harta kita adalah termasuk perbuatan Drewya yajna. Parisada telah menetapkan 4,7 % penghasilan yang kita puniakan melalui sebuah Badan Dharma Nasional (BDDN).
Pada Hari Minggu, 15 Maret 2015 bertempat di aula Pasraman Jnana Sila Bhakti, Umat Hindu Kota Batam kembali melakukan Donor darah yang bekerjasama dengan PMI Kota Batam, Terkumpul sekitar 40 kantong darah. Ini melebihi target yang ditetapkan panitia yaitu 30 kantong.
Pada Hari Kamis pagi, 19 Maret 2015, Panitia Nyepi mengadakan Talkshow Interaktif Nyepi di RRI Kota Batam, Dataran Engku Putri. Acara diisi Oleh Ir Wayan Jasmin selaku ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau, Drs. I Wayan Catra Yasa, MM selaku Dharma Duta Parisada yang juga merupakan sesepuh umat dan Eko Prasetyo, S.Ag selaku Penyeleggara Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama kota Batam. Adapun yang menjadi bahasan pada acara itu adalah makna Nyepi, rangkaian perayaan Nyepi di Kota Batam dan himbauan Pemerintah kaitanya dengan tri Kerukunan Umat Beragama di Kota Batam. Setelah acara Talk Show selesai panitia Nyepi melaksanakan audiensi kepada kepala kantor kementerian Agama Kota Batam, Drs. H. Zulkifli, M.Si. Audiensi membahas seputar persiapan Pawai ogoh-ogoh dan acara akan dibuka oleh beliau sendiri. Ini merupakan wujud perhatian dan apresiasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama terhadap pelaksanaan ibadah umat Hindu.
Dilanjutkan pada sore harinya umat Hindu Batam mengadakan Melasti di Danau Sei Ledi. Upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swamandala
sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana
Artinya:
Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan
kepapaan dan kekotoran alam.
Dalam Lontar
Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining
amerta kamandalu ring telenging sagara
Artinya:
Mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah
samudera.
Sumber lain menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan wastra:
Pesucian dewa kalinggania pamratista bethara kabeh
Menusucikan sthana para dewa
Jadi tujuan Melasti di samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari
kehidupan di tengah samudera. Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang
penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita
mencari sari-sari kehidupan
Setelah upacara Melasti , maka dilaksanakan upacara Tawur Kesanga. Menurut petunjuk lontar Sanghyang Aji Swamandala, Tawur
Kesanga termasuk upacara Bhuta Yajna.
Yajna ini dilaksanakan manusia dengan tujuan untuk menumbuhkan kesejahteraan
alam lingkungan. Dalam Sarasamuscaya 135
(terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan bahwa untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus
menyejahterakan semua makhluk (Bhutahita).
“Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan masih
ring sarwa prani.”
Artinya:
Oleh karenanya, usahakanlah kesejahteraan semua
makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk.
“Apan ikang
prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mang dharma, artha
kama moksha.”
Artinya:
Karenanya
kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha.
Upacara Taur Kesanga bertujuan untuk memotivasi umat Hindu secara ritual
untuk senantiasa melestarikan alam beserta isinya. Upacara taur juga bertujuan
untuk menyeimbangkan energI alam, karena alam terdiri dari energI positif dan
negatiF. Melalui prosesi taur kita melakukan mecaru untuk menyeimbangkan
kekuatan unsur bhuta kala sehingga dapat ikut menjaga kelangsungan dunia.
upacara Taur Kesanga identik dengan Pawai Ogoh-ogoh. Ogoh - Ogoh dilambangkan sebagai bhuta kala yang merupakan gambaran sifat buruk manusia (sad ripu) seperti marah, iri, lobha, serakah, bingung dan lain sebagainya. Setelah selesai diarak ogoh-ogoh ini akan dibakar sebagai simbola bahwa kita telah membakar sifat buruk manusia sehingga pada esok harinya umat Hindu tenang dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Dalam sastra disebutkan pula bahwa pawai ogoh - ogoh juga membantu para bhuta kala meningkatkan kualitas kesucianya sehingga bhuta kala menjadi nyomya atau somya. Acara Pawai ogoh -Ogoh dilepas secara resmi oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam, beliau berpesan agar selama pawai peserta mematuhi peraturan, menjaga ketertiban, tidak membuang sampah sembarangan. Beliau mengajak umat Hindu ikut membantu kota Batam. Adapaun rute pawai kali adalah sepanjang Jalan Gajah Mada, Sei Ledi, sampai traffic ligt SPBU pertama lalu putar arah. Hal ini untuk menghindari kemacetan yang panjang.
Pada tanggal satu Sasih Kedasa tepat pada hari Sabtu 21 Maret 2015,
dilaksanakan brata penyepian. Brata penyepian ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut:
“…..enjangnya nyepi amati
geni, tan wenang sajadma anyambut karya, sakalwirnya, ageni-geni saparanya tan
wenang, kalinganya wenang sang wruh ring tattwa gelarakena semadi tama yoga
ametitis kasunyatan.”
Artinya:
“….besoknya,
Nyepi, tidak menyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan,
berapi-api dan sejenisnya juga tidak boleh, karenanya orang yang tahu hakekat
agama melaksanakan samadhi tapa yoga menuju kesucian.”
Parisada Hindu Dharma Indonesia telah mengembangkan menjadi Catur
Brata Penyepian untuk umat pada umumnya yaitu:
- Amati Geni (tidak menyalakan api). Maksudnya adalah bukan hanya tidak menyalakan api sungguhan, namun kita harus mematikan amarah dalam diri kita sendiri.
- Amati Karya (tidak bekerja). Maksudnya menyepikan indera-indera kita terhadap aktivitas duniawi, mengendalikan indera-indera kita. Kita senantiasa diharapkan untuk melakukan meditasi pada Brahman.
- Amati Lelungan (tidak bepergian). Maksudnya adalah kita tidak membiarkan pikiran mengembara tak tentu arah, pikiran senantiasa diarahkan untuk selalu memikirkan hal-hal tentang keagungan Brahman.
- Amati Lelanguan (tidak mencari kesenangan). Maksudnya bahwa kita harus membatasi kesenangan sehari-hari, seperti makan dan minum, nonton TV dan sebagainya.
Tujuan utama Brata Penyepian
adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan
dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma,
artha, kama dan moksha. Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan
masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama
upacara Tawur Kesanga tentunya
merupakan tuntutan hidup masa kini dan masa datang. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang
melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur”
berarti mengembalikan atau membayar.
Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber
alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan
perbuatan member, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan
member perlu selalu dilakukan agar karma
wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti memotivasi umat Hindu untuk
selalu menyeimbangkan jiwa.
Hendaknya Nyepi dirayakan
dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang
tinggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan
melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju
jalan yang benar atau dharma.
Untuk melaksanakan Nyepi
yang benar-benar spiritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.
Upawasa artinya melakukan puasa, tidak
makan dan minum selama 24 jam. Kata “upawasa”
dalam Bahasa Sanskerta berarti kembali suci. Mona artinya tidak bicara (termasuk dalam pikiran). Dhyana artinya melakukan pemusatan
pikiran pada Brahman atau lebih sering disebut meditasi. Arcana yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci
atau tempat pemujaan keluarga di rumah
.
Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksanakan dengan
niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu.
Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebasan
rohani itu memang juga suatu ikatan, namun ikatan itu dilakukan dengan penuh
keikhlasan.
Dan pada hari Minggu, 29 Maret 2014 umat Hindu Kota Batam mengadakan gerakan penghijauan sekitar pura Agung Amertha Bhuana. Kegiatan ini merupakan rangkaian peryaan hari Raya Nyepi dan rangkaian puncak hari raya Nyepi adalah Dharma Santi Nyepi yang rencananya akan diadakan di Hotel Planet Holliwood pada hari Sabtu, 25 April 2015. Semoga acara berjalan lancar.
Demikian sedikit ulasan tentang perayaan hari raya Nyepi 1937 Saka di Kota Batam, Semoga
kita semua dapat melaksanakan rangkaian perayaan Nyepi 1937 saka dengan baik.
Semoga melalui moment penyadaran diri untuk menjadi umat hindu yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar