Senin, 06 November 2017

Umat Hindu Gelar Upacara Pujawali VIII Pura Agung Amerta Bhuana

Pada hari Jumat, 3 Nopember 2017, jam 19.00 WIB yang bertepatan dengan purnama sasih kelima, Umat Hindu di Kota Batam mengadakan Upacara Pujawali VIII di Pura Agung Amertha Bhuana. Upacara pujawali merupakan bagian dari Dewa Yajna yang berarti memuja kembali keagungan Tuhan pada hari yang sudah ditentukan. Pujawali kali ini tergolong sangat spesial Karena bertepatan dengan bulan purnama. Pujawali adalah hari jadi pura yang diisin dengan aktivitas spiritual berupa upakara keagamaan guna menumbuhkan keimanan umat Hindu di Kota Batam. Upacara pujawali ini dipimpin oleh Ida Resi Bujangga Waisnawa Kamenuh dari Griya Taman Wangi Ning, Prov. Bali.

Adapun tema Pujawali VIII Pura Agung Amerta Bhuana menurut Eko Prasetyo selaku ketua panitia adalah: “Melalui Pujawali VII Pura Agung Amerta Bhuana mari kita tingkatkan kualitas sradha dan bhakti menuju loka samgraha dan kemuliaan hidup”. Tema ini muncul didorong atas pentingnya menumbuhkan sradha (keimanan) umat Hindu di tengah kehiduipan di era globalisasi yang penuh dengan godaan dan tantangan ini. EKo juga menjelaskan bahwa Pujawali ini dari, untuk dan oleh kita. Artinya semua umat harus ikut andil, mempersembahkan bhakti yang tulus kepada Tuhan, niscaya Tuhan juga akan memberikan anugerah-Nya kepada umat-Nya. Pujawali bukan hanya tanggung jawab panitia, pinandita dan serathi banten tetapi juga seluruh umat Hindu di Kota Batam. “Ketika umat mengamalkan ajaran agama Hindu dengan baik maka kemuliaan hidup akan tercapai”, jelas Eko.

Pujawali merupakan salah satu pembumian dan pelestarian ajaran Weda demi tetap tegaknya dharma di muka bumi ini. Upacara ini merupakan implementasi dari satyam (kebenaran), siwam (kesucian) dan sundaram (keindahan) yang pada akhirnya akan menciptakan lokasamgraha (tempat yang damai), dharma sidhiyartha yang berdasarkan Iksa (tujuan), sakti (kemampuan), desa (tempat), kala (waktu) dan tattwa (sastra suci). Pujawali Pura Agung Amertha Bhuana, Kota Batam mengambil tema: “melalui pujawali ini mari kita tingkatkan sradha dan bhakti serta tetap menjaga rasa kebersamaan dan persaudaraan di antara kita.” Tema ini sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang ini di mana kita hidup di tengah-tengah masayarakat yang beragam latar belakangnya sehingga sangat penting untuk menjaga rasa kebersamaan dan persaudaraan agar tercipta lokasamgraha atau tempat yang damai.

Ada beberapa rangkaian upacara pujawali. Yang paling umum adalah mecaru dan Purwa daksina. Upakara didahului dengan proses mecaru yang berfungsi menjalin hubungan yang harmonis kepada unsur alam (palemahan). Bhuta kala adalah unsur penyeimbang yang berperan menjaga keseimbangan alam ini yang harus kita hormati malalui prosesi pecaruan. Pujawali berjalan dengan lancer karena kerjasama dari semua pihak. Tujuan dari pelaksanaan upacara yajna adalah lascarya, sidhi karya, dan labda karya yang pada akhirnya akan memberikan damapak bagi umat baik kesucian batin dan kesejahteraan hidup.  

Selanjutnya adalah Upacara Purwa daksina, yaitu berjalan mengelilingi padmasana dengan membawa pratima-pratima searah jarum jam sambal mengulang-ulang nama suci Tuhan. Purwa Daksina merupakan salah satu prosesi pujawali yang mengandung makna bahwa kita harus mengagung-agung nama suci Tuhan, yang kedua adalah bahwa kita sebagai manusia harus ikut memutar roda kehidupan di jalan kebenaran, Jika tidak maka kita akan bisa bertahan hidup, demikian pula jika kita keluar dari jalan dharma maka kita akan mendapatkan hukumanya. Dalam mengarungi kehidupan ini terkadang kita mengalami suka dan duka yang datang silih berganti. Hukum rta ini tidak bisa dihindari oleh manusia. Penderitaan yang muncul akibat kegiatan kerja yang kita lakukan ibarat bisa, atau racun (wisaya) yang keluar dari proses pengadukan lautan kehidupan.   Sebaliknya kebahagiaan yang muncul dari kegiatan kerja kita ibarat tirtha amertha yang memuaskan dahaga kita. JIka salah kita memutar roda kehidupan, maka bukanya madu yang kita dapatkan melainkan racun. Tetapi terkadang walau kita sudah memutar roda kehidupan di jalan kebenaran tetapi kita masih saja mendapatkan racun (wisaya), itu adalah bagian dari hukum rta yaitu, lahir-mati, penyakit, usia tua, dan penderitaan (janma mertyu jara wyadi duhka dosa nudarsanam). Manusia tidak bisa terhindar dari hukum rta, tetapi jika kita di jalan dharma maka penderitaan itu akan tetap kita terima tetapi kita diberikan kekuatan batin untuk menghadapinya. Acara dilajutkan dengan persembahan tari rejang Dewa dan tari sakral oleh Ibu – Ibu dari WHDI kepri dan WHDI Kota Batam, kemudian sembahyang bersama, memohon tirta amerta dan melukat.

Pujawali merupakan salah satu cara untuk tetap menegakkan dharma dan membumikan, melestarikan ajaran Weda. Sebagaimana kita ketahui dalam sastra suci bahwa makhluk hidup berasal dari makanan, makanan berasala dari tumbuhan, tumbuhan berasal dari hujan, hujan berasal dari yajnya, dan yajna sendiri bisa terlaksana karena kegiatan kerja (karma). Maka kegiatan Yajna, bersedekah, tapa brata, dan kegiatan kerja tidak boleh kita tinggalkan karena itu adalah pensuci bagi orang yang memuja Tuhan. Acara Pujawali ditutup setelah pementasan tari sakral topeng sidha karya dan persembahyangan tepat jam 22.00 WIB. Umat sangat antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir. Demikian penjelasan Eko Prasetyo selaku penyelenggara Hindu di tempat kerjanya. (eko2017)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar