Ada pertanyaan sederhana yang ada di
benak saya, sudahkah kita berdana punya? Mengapa kita harus berdana punya?
Apakah dana punia hanya bisa dilakukan oleh orang kaya dan hanya berupa uang?
Dan bagaimana agar dana punya kita membuahkan karma baik? Dana Punia terdiri dari
dua kata yaitu Dana adalah Pemberian, sedangkan Punia artinya selamat, baik,
bahagia, indah, dan suci. Jadi Dana Punia artinya pemberian yang baik dan suci.
Sebelum masuk ke bahasan utama saya
ingin mengulas apa pengertian "dana
punya”, akan kita bahas manfaat dana atau materi
dalam hidup kita. Dalam sastra suci dapat kita sarikan 5 (lima) manfaat harta, yaitu: 1. Ametuaaken: dana adalah untuk menjaga
kelangsungan keturunan kita. 2. Maweh binojana: dana digunakan untuk memberi makan pada diri kita,
keluarga dan orang yang membutuhkan.
3. Mitulung urip: untuk melindungi hidup kita dan orang lain dari
kemiskinan. 4. Mangupadaya: artinya uang untuk meningkatkan kualitas hidup kita
secara finansial dengan cara belajar dan bekerja.
5. Sinangaskara: untuk mensucikan hidup kita, dengan cara kita dana
puniakan
Lalu bagaimana perhitungan uang yang
kita dana punyaka? Dalam Sarasamuscaya sloka 261, 262, 263 dan Ramayana sargah
II bait 53, 34 disebutkan bahwa harta yang didapat (hasil guna kaya) hendaknya
dibagi tiga yaitu untuk kepentingan Dharma 30%,
Kama 30%,
dan Dana harta ( Modal Usaha 40% )
Memang benar ungkapan orang bijak,
bahwa uang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya adalah uang. Artinya
bahwa uang itu bukan segala-galanya. Tidak semua hal di dunia ini bisa dibeli
dengan uang. Tetapi banyak kebutuhan kita di dunia ini harus dibeli dengan
uang. Ada sebuah cerita menarik, di mana seorang ayah dengan bangganya
membelikan anaknya nasi ayam di restaurant, tetapi untuk berdana punia kepada
orang yang membawa proposal pembangunan pura kita berpikir 2 kali untuk berdana
punia.
Kualitas zaman dan kualitas manusia
sangat berbeda-beda dari zaman ke zaman. Pada zaman Kerta Yuga keadaan zaman
dan manusia masih murni, sehingga banyak manusia melakukan tapa brata yang
ketat. Pada
zaman Treta Yuga zaman mulai berubah, peradaban manusia mulai bergeser ke arah
jnana atau upanisad. Pada
zaman dwapara yuga kehidupan kerajaan sudah maju. Raja pada zaman itu diwajibkan
untuk melakukan yajna yang besar, ini ada pada zaman Sri Krisna dan Wangsa Kuru. Pada Zaman Kali banyak
manusia yang malas melakukan tapa brata yoga semadi. Dan manusia zaman Kali
sangat memuja harta kekayaan.
Hal ini ditegaskan dalam Kitab Manava
Dharmasastra I.86:
Tapah param krta yuge
tretayam jnanamucyate
dwapare yajnya ewahur
danamekam kalau yuge
tretayam jnanamucyate
dwapare yajnya ewahur
danamekam kalau yuge
Artinya:
Di jaman kreta yuga tapalah yang paling
utama, di jaman treta yuga dinyatakan pengetahuan (jnana), di jaman dwapara
disebut yajna, di jaman kali yuga dana yang utama.
Menurut Manawa Dharmasastra 1.86 sebagaimana dikutip diawal tulisan ini, prioritas beragama-pun menjadi berbeda-beda pada setiap zaman. Pada zaman Kerta Yuga, kehidupan beragama diprioritaskan dengan cara bertapa. Pada Treta Yuga dengan memfokuskan pada jnana. Pada zaman Dwapara Yuga dengan upacara yadnya dan pada zaman Kala Yuga beragama dengan prioritas melakukan dana punia.
Dalam Bhagavadgita dijelaskan:
Dravya yajnas tapoyajna
Yoga tajnas tatha pare
Svadhyaya jnanayajnas cha
Yatayah samsitavratah
Artinya:
Ada yang mempersembahkan harta, ada yang
mempersembahkan tapa, yoga, mempersembahkan pikiran yang terpusat, dan sumpah
berat dan mempersembahkan ilmu pengatahuan
Ke lima jenis yajna ini kita sepakati sebagai konsep Panca Maha Yajna.
Drewya Yajna artinya korban suci secara ikhlas dengan
memberikan barang-barang miliknya kepada orang lain pada waktu, tempat dan
alamat yang tepat, demi kepentingan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat,
bangsa dan negara. Pada dasarnya drweya yajna ini ditujukan kepada orang sakit, orang yang menuntut ilmu, anak-anak yatim piatu, para tamu, para pendeta, dan keluarga yang menderita karena ditinggal tugas.
Yang kedua adalah Tapa Yajna adalah korban suci yang tulus ikhlas yang
dilakukan dengan jalan bertapa dengan jalan untuk mengutkan iman/sradha bahkti
sehingga kuat dalam menghadapi godaan dunia, juga bertujuan untuk
mempertahankan dan menegakkan dharma sehingga tercapai satyam ewa jayate,
kebenaran yang menang tanpa harus meninggalkan kewajiban dalam kehidupan.
Swadhyaya Yajna adalah Korban Yajna dengan menggunakan
sarana “diri sendiri” sebagi korbanya. Macam – macam swadhya yajna contohnya
adalah donor organ tubuh (ginjal, mata, jantung), darah, tenaga, pikiran, dan berperang demi negara (bagi prajurit)
Yoga Yajna adalah korban suci dengan cara
menghubungkan diri melalu pemusatan pikiran, menghubungkan diri dengan Tuhan
dengan menyatukan cipta rasa dan karsa kita. Tetapi sebelum melaksanakan Yoga
yajna harus terlebih dahulu melalui tahapn-tahapan seperti yang diajarkan oleh
Maharsi Patanjali yang dikenal dengan Astangga Yoga, dan tentunya harus di
bawah bimgingan guru kerohanian yang mumpuni agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak kita inginkan, suci lahir batin dan meyakininya (sradha)
Jnana Yajna adalah korban suci dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan. Setinggi apapun ilmu/pendidikan yang kita miliki
kita harus mengabdikanya ke masyarakat. Karena ilmu itu akan menyinari
pemiliknya jika terus kita abdikan di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana
penjor yang melengkung ke bawah. Para Maharsi jaman dahulu melakukan jnana yoga
dengan cara menerima wahyu sabda suci Tuhan, kemudian menuliskanya di
pustaka-pustaka suci Weda yang kemudian diajarkan kepada umat.
Siapa saja yang wajib melakukan yajna?
Dalam susastra suci dijelaskan
beberapa orang yang wajib berdana punia, yaitu para pengusaha, penyelenggara
pemerintahan, para
pemuka agama, penyelenggara
yadnya, saudagar,
orang-orang
yang mampu, sewaktu
waktu diwajibkan bagi semua umat,
bagi umat yang berpenghasilan tetap, bagi umat yang
berpenghasilan tinggi.
Siapa saja yang berhak menerima dana punya
Yang berhak menerima dana punya adalah Para Guru Rohani/ Nabe,
dang acarya/ Sulinggih,
orang miskin yang terlantar, orang cacat, orang yang terkena musibah, tempat suci/ Parhyangan, lembaga lembaga sosial, rumah sakit, pasraman/ Pendidikan
Tujuan Berdana Punia:
Yang pertama Dana Punia Untuk menghilangkan Kemelekatan dan
penderitaan hidup. Ada 5
(lima) macam penyebab penderitaan yang disebut Panca Klesa, yaitu 1. Avidya
artinya kebodohan, 2. Abhinava
artinya pikiran yang liar, 3. Asthita
artinya keinginan yang tidak terkendali,
4. Raga artinya kemelekatan,
5. Dweesha artinya kebencian Lima macam ini terutama
pikiran, keinginan dan kemelekatan dapat kita kurangi dan kita kendalikan
dengan cara beryajna. Beryajna tidak harus mahal. Ada anak kecil yang mempunyai
uang 500 atau 1000 tetapi setiap hari ditabung olehnya sehingga menjadi banyak
dan dipunyaka/disumbangkan. Jika kita sering kehilangan atau susah mendapat
rejeki, maka cobalah buka hati kita untuk berdan punya.
Yang kedua Dana Punia untuk kelangsungan alam semesta dan
kesejahteraan hidup. Dahulu kala Prajapati
menciptakan dunia ini dengan yajna, dan dengan yajna kita akan berkembang, maka
jadikanlah yajna itu sebagai lembu perahanmu. Artinya bahwa jika kita ingin
bahagia di dunia dan setelah mati maka beryajna.
Dalam Bhagavadgita III.14
dijelaskan:
Annad bhavanti bhutani
Prajnyad annasambhavad
Yadnyad bhavati parjanyo
Yajnah karma samudhbhavad
Artinya:
Makhluk hidup berasal dari makanan, makanan berasal
dari tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan berasal dari hujan, hujan berasal dari
yajna, adanya yajna karena kegiatan kerja (karma)
Dari sloka di atas sangat jelas bahwa
dengan beryajnya, berdana punia maka kita akan ikut memutar roda kehidupan,
hidup haruslah berkarma
Tujuan dana punya yang ke-tiga adalah menyucikan Hidup kita
Dalam Bhagavadgita XVIII.5
Yajna dana tapa karma
Na tyajam karyam eva tat
Yajna danam tapas caiva
Pavanam manisinam
Kegiatan beryajna, berdana punya, tapa brata yoga
samadi jangan dihilangkan atau ditinggalkan, melainkan harus dilaksanakan,
karena semua itu adalah pensuci bagi orang yang arif dan bijaksana
Dari sloka di atas dapat jelas kita
ambil intisarinya bahwa kegiatan mengadakan upacara yajnya (sesaji), berdana
punia, dan tapa brata adalah yang membuat hidup kita tersucikan, maka jika
hidup anda ingin suci beryajnyalah, bersedekahlah dan lakukan pengendalian diri
tapa brata yoga samadi.
Berdana Punya untuk Memperbaiki karma Kita
Dalam Bhagavadgita IX.22 dijelaskan
Ananyas cintayanto mam
Ye janah paryupasate
Tesam nitya biyuktanam
Yoga ksemam vahamy aham
Artinya:
Mereka yang memuja Tuhan dengan jalan yang dibenarkan
oleh sastra Weda, maka akan dibawakan yang belum dia miliki, dan akan
dilindungi apa yang sudah mereka milikki.
Berdana punya dapat meltih kita untuk
ikhlas dan berbhakti.Jika kita melakukan dana punya atas nama bhakti kepada
Tuhan, maka Tuhan pun akan memberikan apa yang belum kita miliki dan melindungi
apa yang sudah kita miliki, tentunya ini disesuaikan dengan karma kita,
ketulusan kita.
Lalu bagaimana agar dana punya kita
bisa membuahkan karma baik? Ada beberapa Syarat dana punia agar melipat
gandakan kesuksesan anda, yaitu: Ikhlas. Ada cerita menarik Filosopis uang 1000 dan uang
100.000 bahwa uang 1000 itu justru sering berputar, sering dipegah oleh
orang-orang kecil seperti pedagang di pasar, tukang parkir dan sebagainya,
tetapi uang 100.000 sering dipegang oleh pejabat, artis dan sebagainya. Artinya
bahwa berapapun anda berdana punya jika dengan keikhlasan maka akan diterima
sebagai yajna yajna yang utama. Dana punya
harus tanpa ketakutan, tidak ada tekanan. Dana juga diperoleh dan diberikan dengan cara yang
dibenarkan oleh sastra. Dana punya harus diberikan pada waktu yang tepat (sebagian
orang percaya di purnama adalah sangat baik untuk berdana punia.
Di samping itu ada 5 (lima) hal yang wajib dijadikan dasar pertimbangan
dalam melaksanakan dana punya, Lima dasar pertimbangan itu yang disebut Panca
Tarka adalah: Iksha adalah pandangan hidup masyarakat
setempat, sakti adalah kemampuan, desa adalah aturan rohani setempat. Kala (waktu), ada saat yang paling baik
melaksanakan dana punia masal, adalah: Uttarayana (purnama kedasa) Umat Hindu
diwajibkan melaksanakan dana punia secara serentak. Sewaktu waktu tepatnya pada purnama dan
tilem baik Uttarayana, swakala, daksinayana (matahari menuju utara, di katulistiwa,
dan menuju selatan), Saat gerhana matahari dan bulan, Dalam keadaan pancabaya. tattwa aturan sastra
Pada era sekarang ini Melakukan dana punya akan lebih baik diarahkan untuk
membangun SDM yang berkualitas. Pustaka Slokantara Sloka 2 menyatakan lebih
utama nilainya mendidik seorang putra menjadi suputra daripada seratus kali
upacara yadnya. Inilah idealisme ajaran Hindu yang semestinya dijadikan acuan
pada zaman Kali Yuga dewasa ini.
Dana Punia yang dilakukan dengan tulus ikhlas akan memudahkan kita dalam
mencapai tujuan hidup, Catur Purusha Artha, yaitu: dharma, artha, kama dan
moksa. Umat Hindu sudah memiliki Badan Dharma
dana nasional (BDDN) PHDI Pusat. BDDN PHDI Pusat
menyalurkan dana punya umat kepada umat yang membutuhkan seperti beasiswa
mahasiswa Hindu yang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang ditunjuk PHDI. BDDN
juga menyalurkan dana dari umat untuk pemberdayaan ekonomi umat Hindu untuk
mengembangkan usaha kreatif dan mandiri. Umat Hindu juga bisa menyalurkan dana
punya di pura-pura, pasraman atau lembaga sosial keagamaan Hindu. Kita juga
bisa menyalurkan dana punya melalui program-program penggalangan dana punya
seperti Media Hindu Educare, Dana Punya Lokasamgraha Media Hindu, dan Program
Pemberdayaan Ekonomi Umat Hindu. Lalu tunggu apalagi? Mari kita tanamkan dalam
diri kita dan anak-anak kita untuk berdana punya seikhlasnya. Karena dana punya
adalah dari kita untuk kita, agar umat Hindu semakin maju. (Batamhindubatam 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar