Rabu, 11 Februari 2015

DANA PUNYA DI JAMAN KALI, DARI KITA UNTUK KITA



Ada pertanyaan sederhana yang ada di benak saya, sudahkah kita berdana punya? Mengapa kita harus berdana punya? Apakah dana punia hanya bisa dilakukan oleh orang kaya dan hanya berupa uang? Dan bagaimana agar dana punya kita membuahkan karma baik? Dana Punia terdiri dari dua kata yaitu Dana adalah Pemberian, sedangkan Punia artinya selamat, baik, bahagia, indah, dan suci. Jadi Dana Punia artinya pemberian yang baik dan suci.

Sebelum masuk ke bahasan utama saya ingin mengulas apa pengertian "dana punya”, akan kita bahas manfaat dana atau materi dalam hidup kita. Dalam sastra suci dapat kita sarikan 5 (lima) manfaat harta, yaitu: 1. Ametuaaken: dana adalah untuk menjaga kelangsungan keturunan kita. 2. Maweh binojana: dana digunakan untuk memberi makan pada diri kita, keluarga dan orang yang membutuhkan. 3. Mitulung urip: untuk melindungi hidup kita dan orang lain dari kemiskinan. 4. Mangupadaya: artinya uang untuk meningkatkan kualitas hidup kita secara finansial dengan cara belajar dan bekerja. 5. Sinangaskara: untuk mensucikan hidup kita, dengan cara kita dana puniakan

Lalu bagaimana perhitungan uang yang kita dana punyaka? Dalam Sarasamuscaya sloka 261, 262, 263 dan Ramayana sargah II bait 53, 34 disebutkan bahwa harta yang didapat (hasil guna kaya) hendaknya dibagi tiga yaitu untuk kepentingan Dharma 30%, Kama 30%, dan Dana harta ( Modal Usaha 40% )

Memang benar ungkapan orang bijak, bahwa uang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya adalah uang. Artinya bahwa uang itu bukan segala-galanya. Tidak semua hal di dunia ini bisa dibeli dengan uang. Tetapi banyak kebutuhan kita di dunia ini harus dibeli dengan uang. Ada sebuah cerita menarik, di mana seorang ayah dengan bangganya membelikan anaknya nasi ayam di restaurant, tetapi untuk berdana punia kepada orang yang membawa proposal pembangunan pura kita berpikir 2 kali untuk berdana punia.

Kualitas zaman dan kualitas manusia sangat berbeda-beda dari zaman ke zaman. Pada zaman Kerta Yuga keadaan zaman dan manusia masih murni, sehingga banyak manusia melakukan tapa brata yang ketat. Pada zaman Treta Yuga zaman mulai berubah, peradaban manusia mulai bergeser ke arah jnana atau upanisad. Pada zaman dwapara yuga kehidupan kerajaan sudah maju. Raja pada zaman itu diwajibkan untuk melakukan yajna yang besar, ini ada pada zaman Sri Krisna dan Wangsa Kuru. Pada Zaman Kali banyak manusia yang malas melakukan tapa brata yoga semadi. Dan manusia zaman Kali sangat memuja harta kekayaan.

Hal ini ditegaskan dalam Kitab Manava Dharmasastra  I.86:

Tapah param krta yuge
tretayam jnanamucyate
dwapare yajnya ewahur
danamekam kalau yuge


Artinya:
Di jaman kreta yuga tapalah yang paling utama, di jaman treta yuga dinyatakan pengetahuan (jnana), di jaman dwapara disebut yajna, di jaman kali yuga dana yang utama.

Menurut Manawa Dharmasastra 1.86 sebagaimana dikutip diawal tulisan ini, prioritas beragama-pun menjadi berbeda-beda pada setiap zaman. Pada zaman Kerta Yuga, kehidupan beragama diprioritaskan dengan cara bertapa. Pada Treta Yuga dengan memfokuskan pada jnana. Pada zaman Dwapara Yuga dengan upacara yadnya dan pada zaman Kala Yuga beragama dengan prioritas melakukan dana punia.

Dalam Bhagavadgita dijelaskan:

Dravya yajnas tapoyajna
Yoga tajnas tatha pare
Svadhyaya jnanayajnas cha
Yatayah samsitavratah

Artinya:
Ada yang mempersembahkan harta, ada yang mempersembahkan tapa, yoga, mempersembahkan pikiran yang terpusat, dan sumpah berat dan mempersembahkan ilmu pengatahuan

Ke lima jenis yajna ini kita sepakati sebagai konsep Panca Maha Yajna. Drewya Yajna artinya korban suci secara ikhlas dengan memberikan barang-barang miliknya kepada orang lain pada waktu, tempat dan alamat yang tepat, demi kepentingan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara. Pada dasarnya drweya yajna ini ditujukan kepada orang sakit, orang yang menuntut ilmu, anak-anak yatim piatu, para tamu, para pendeta, dan keluarga yang menderita karena ditinggal tugas.

Yang kedua adalah Tapa Yajna adalah korban suci yang tulus ikhlas yang dilakukan dengan jalan bertapa dengan jalan untuk mengutkan iman/sradha bahkti sehingga kuat dalam menghadapi godaan dunia, juga bertujuan untuk mempertahankan dan menegakkan dharma sehingga tercapai satyam ewa jayate, kebenaran yang menang tanpa harus meninggalkan kewajiban dalam kehidupan.

Swadhyaya Yajna adalah Korban Yajna dengan menggunakan sarana “diri sendiri” sebagi korbanya. Macam – macam swadhya yajna contohnya adalah donor organ tubuh (ginjal, mata, jantung), darah, tenaga, pikiran, dan berperang demi negara (bagi prajurit)

Yoga Yajna adalah korban suci dengan cara menghubungkan diri melalu pemusatan pikiran, menghubungkan diri dengan Tuhan dengan menyatukan cipta rasa dan karsa kita. Tetapi sebelum melaksanakan Yoga yajna harus terlebih dahulu melalui tahapn-tahapan seperti yang diajarkan oleh Maharsi Patanjali yang dikenal dengan Astangga Yoga, dan tentunya harus di bawah bimgingan guru kerohanian yang mumpuni agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, suci lahir batin dan meyakininya (sradha)

Jnana Yajna adalah korban suci dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan. Setinggi apapun ilmu/pendidikan yang kita miliki kita harus mengabdikanya ke masyarakat. Karena ilmu itu akan menyinari pemiliknya jika terus kita abdikan di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana penjor yang melengkung ke bawah. Para Maharsi jaman dahulu melakukan jnana yoga dengan cara menerima wahyu sabda suci Tuhan, kemudian menuliskanya di pustaka-pustaka suci Weda yang kemudian diajarkan kepada umat.

Siapa saja yang wajib melakukan yajna?
Dalam susastra suci dijelaskan beberapa orang yang wajib berdana punia, yaitu para pengusaha, penyelenggara pemerintahan, para pemuka agama, penyelenggara yadnya, saudagar, orang-orang yang mampu, sewaktu waktu diwajibkan bagi semua umat, bagi umat yang berpenghasilan tetap, bagi umat yang berpenghasilan tinggi.

Siapa saja yang berhak menerima dana punya
Yang berhak menerima dana punya adalah Para Guru Rohani/ Nabe, dang acarya/ Sulinggih, orang miskin yang terlantar, orang cacat, orang yang terkena musibah, tempat suci/ Parhyangan, lembaga lembaga sosial, rumah sakit, pasraman/ Pendidikan

Tujuan Berdana Punia:

Yang pertama Dana Punia Untuk menghilangkan Kemelekatan dan penderitaan hidup. Ada 5 (lima) macam penyebab penderitaan yang disebut Panca Klesa, yaitu 1. Avidya artinya kebodohan, 2. Abhinava artinya pikiran yang liar, 3. Asthita artinya keinginan yang tidak terkendali, 4. Raga artinya kemelekatan, 5. Dweesha artinya kebencian Lima macam ini terutama pikiran, keinginan dan kemelekatan dapat kita kurangi dan kita kendalikan dengan cara beryajna. Beryajna tidak harus mahal. Ada anak kecil yang mempunyai uang 500 atau 1000 tetapi setiap hari ditabung olehnya sehingga menjadi banyak dan dipunyaka/disumbangkan. Jika kita sering kehilangan atau susah mendapat rejeki, maka cobalah buka hati kita untuk berdan punya.

Yang kedua Dana Punia untuk kelangsungan alam semesta dan kesejahteraan hidup. Dahulu kala Prajapati menciptakan dunia ini dengan yajna, dan dengan yajna kita akan berkembang, maka jadikanlah yajna itu sebagai lembu perahanmu. Artinya bahwa jika kita ingin bahagia di dunia dan setelah mati maka beryajna.

Dalam Bhagavadgita III.14 dijelaskan:                                  

Annad bhavanti bhutani
Prajnyad annasambhavad
Yadnyad bhavati parjanyo
Yajnah karma samudhbhavad

Artinya:

Makhluk hidup berasal dari makanan, makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan berasal dari hujan, hujan berasal dari yajna, adanya yajna karena kegiatan kerja (karma)

Dari sloka di atas sangat jelas bahwa dengan beryajnya, berdana punia maka kita akan ikut memutar roda kehidupan, hidup haruslah berkarma

Tujuan dana punya yang ke-tiga adalah menyucikan Hidup kita

Dalam Bhagavadgita XVIII.5

Yajna dana tapa karma
Na tyajam karyam eva tat
Yajna danam tapas caiva
Pavanam manisinam

Kegiatan beryajna, berdana punya, tapa brata yoga samadi jangan dihilangkan atau ditinggalkan, melainkan harus dilaksanakan, karena semua itu adalah pensuci bagi orang yang arif dan bijaksana

Dari sloka di atas dapat jelas kita ambil intisarinya bahwa kegiatan mengadakan upacara yajnya (sesaji), berdana punia, dan tapa brata adalah yang membuat hidup kita tersucikan, maka jika hidup anda ingin suci beryajnyalah, bersedekahlah dan lakukan pengendalian diri tapa brata yoga samadi.

Berdana Punya untuk Memperbaiki karma Kita

Dalam Bhagavadgita IX.22 dijelaskan

Ananyas cintayanto mam
Ye janah paryupasate
Tesam nitya biyuktanam
Yoga ksemam vahamy aham

Artinya:
Mereka yang memuja Tuhan dengan jalan yang dibenarkan oleh sastra Weda, maka akan dibawakan yang belum dia miliki, dan akan dilindungi apa yang sudah mereka milikki.

Berdana punya dapat meltih kita untuk ikhlas dan berbhakti.Jika kita melakukan dana punya atas nama bhakti kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan memberikan apa yang belum kita miliki dan melindungi apa yang sudah kita miliki, tentunya ini disesuaikan dengan karma kita, ketulusan kita.

Lalu bagaimana agar dana punya kita bisa membuahkan karma baik? Ada beberapa Syarat dana punia agar melipat gandakan kesuksesan anda, yaitu: Ikhlas. Ada cerita menarik Filosopis uang 1000 dan uang 100.000 bahwa uang 1000 itu justru sering berputar, sering dipegah oleh orang-orang kecil seperti pedagang di pasar, tukang parkir dan sebagainya, tetapi uang 100.000 sering dipegang oleh pejabat, artis dan sebagainya. Artinya bahwa berapapun anda berdana punya jika dengan keikhlasan maka akan diterima sebagai yajna yajna yang utama. Dana punya harus tanpa ketakutan, tidak ada tekanan. Dana juga diperoleh dan diberikan dengan cara yang dibenarkan oleh sastra. Dana punya harus diberikan pada waktu yang tepat (sebagian orang percaya di purnama adalah sangat baik untuk berdana punia.

Di samping itu ada 5 (lima) hal yang wajib dijadikan dasar pertimbangan dalam melaksanakan dana punya, Lima dasar pertimbangan itu yang disebut Panca Tarka adalah: Iksha adalah pandangan hidup masyarakat setempat, sakti adalah kemampuan, desa adalah aturan rohani setempat. Kala (waktu), ada saat yang paling baik melaksanakan dana punia masal, adalah: Uttarayana (purnama kedasa) Umat Hindu diwajibkan melaksanakan dana punia secara serentak. Sewaktu waktu tepatnya pada purnama dan tilem baik Uttarayana, swakala, daksinayana (matahari menuju utara, di katulistiwa, dan menuju selatan), Saat gerhana matahari dan bulan, Dalam keadaan pancabaya. tattwa aturan sastra
Pada era sekarang ini Melakukan dana punya akan lebih baik diarahkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Pustaka Slokantara Sloka 2 menyatakan lebih utama nilainya mendidik seorang putra menjadi suputra daripada seratus kali upacara yadnya. Inilah idealisme ajaran Hindu yang semestinya dijadikan acuan pada zaman Kali Yuga dewasa ini.

Dana Punia yang dilakukan dengan tulus ikhlas akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan hidup, Catur Purusha Artha, yaitu: dharma, artha, kama dan moksa. Umat Hindu sudah memiliki Badan Dharma dana nasional (BDDN) PHDI Pusat. BDDN PHDI Pusat menyalurkan dana punya umat kepada umat yang membutuhkan seperti beasiswa mahasiswa Hindu yang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang ditunjuk PHDI. BDDN juga menyalurkan dana dari umat untuk pemberdayaan ekonomi umat Hindu untuk mengembangkan usaha kreatif dan mandiri. Umat Hindu juga bisa menyalurkan dana punya di pura-pura, pasraman atau lembaga sosial keagamaan Hindu. Kita juga bisa menyalurkan dana punya melalui program-program penggalangan dana punya seperti Media Hindu Educare, Dana Punya Lokasamgraha Media Hindu, dan Program Pemberdayaan Ekonomi Umat Hindu. Lalu tunggu apalagi? Mari kita tanamkan dalam diri kita dan anak-anak kita untuk berdana punya seikhlasnya. Karena dana punya adalah dari kita untuk kita, agar umat Hindu semakin maju. (Batamhindubatam 2015)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar