Rabu, 11 Oktober 2017

I Wayan Catra Yasa, Tokoh Hindu di Kepri yang pertama Meraih Gelar Doktor

Batam-Pada Hari Minggu,  di Pura Agung Amertha Bhuana tampak laki – laki setengah berjalan menenteng sebuah tas yang berisi laptop. Kemudian beliau turun ke aula Pasraman Jnana Sila Bhakti untuk memberi ilmu dan pengalamannya kepada siswa Pasraman asuhannya.

Siapakah dia? Dia adalah I Wayan Catra Yasa, bapak dari dua orang anak yang dilahirkan dari keluarga sederhana di pulau seribu pura yang sangat terkenal itu, yaitu pulau Bali. Lahir di sebuah dusun Poyan, Luwus, Baturiti, Tabanan pada tanggal 13 Maret 1966. Saat ini I Wayan Catra Yasa menjabat Ketua Paruman Walaka Parisada Hindu Dharma Provinsi Kepualauan Riau, dan juga duduk sebagai pengurus dana tau anggota Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Beliau juga penasihat dari lembaga agama/keagamaan Hindu di Kota Batam, Kepualuan Riau.

I Wayan Catra Yasa mengawali Pendidikan Formalnya di SD Negeri 03 Luwus, Baturiti, Tabanan-Bali, kemudian SMP Negeri I Baturiti, Tabanan, Bali. Dilanjutkan di STM Negeri I Denpasar-Bali, kemudian S1 Sarjana Pendidikan Fakultas Teknologi & Kejuruan IKIP Yogyakarta. Kemudian pendidikan S2 Magister Management di Universitas Terbuka. Pria dari dua anak ini juga baru saja menyelesaikan gelar S-3 nya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan predikat Magna Cum Laude.

Setelah proses belajar mengajar selesai, lelaki yang akrab dipanggil Pak Wayan Catra ini langsung bergegas menuju ke atas untuk kembali pulang. Penulis tidak menyia - nyiakan kesempatan yang sangat baik itu.

Penulis berhasil mewawancarai I Wayan Catra Yasa terkait kiprahnya di Kota Batam dan studi yang telah diselesaikannya. Berikut hasil wawancara penulis dengan I Wayan Catra Yasa.

Tahun Berapa Pak Wayan datang ke Kota Batam dan apa yang Bapak lakukan pertama kali?
Jawaban:
Saya datang di Kota Batam pada tanggal 26 September 1991, Bekerja di Perusahaan Amerika yaitu PT. Seagate technology. Sebenarnya perjalanan hidup ini terinspirasi ketika mengawali  studi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada saat itu saya berkumpul dengan mahasiswa Hindu lainnya dan bergabung dalam organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia yang lebih kita kenal PERADAH. Setelah saya tiba di Kota Batam, waktu itu kondisi Umat Hindu di Kota Batam masih sporadic, belum mengenal satu dengan yang lainnya. Maka muncullah Inisiatif untuk berkumpul, bermusyarawah bagaimana cara membangun umat dan ini akan membuahkan hasil di masa yang akan datang.
Yang pertama saya lakukan adalah mengunjungi umat dari pintu ke pintu di Kawasan Industri Muka Kuning, Umat Hindu di perhotelan. Ada juga teman - teman yang bekerja di Sektor peternakan, BUMN dan lain sebagainya.

Dan Pada Tahun 1993 kami mendirikan sebuah Yayasan Satya Dharma walau tidak lama aktif. Tujuan mendapatkan lokasi mendirikan pura. Kemudian tahun 1994 mendirikan Yayasan Tirta Kamandalu dengan visi & misi untuk mendapatkan perizinan lokasi pura. 
Barulah pada Bulan Mei Tahun 1995 mendirikan Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Batam bersama tokoh Hindu saat itu dimana waktu itu Kota Batam masih menjadi bagian dari Prov. Riau.

Pada Tahun 1998 ketika bapak Drs. Ismeth Abdullah menjadi Ketua Otorita Batam. Dan perjuangan itu membuahkan hasil di mana pada tahun 1999 umat Hindu di Kota Batam diberikan lahan pura di Kawasan Sei Ladi yang sekarang telah berdiri pura dengan  nama Pura Agung Amerta Bhuana yang diresmikan oleh Menteri Agama RI yaitu Prof. Dr. Said Agil Husein Al Munawar, MA, pada tanggal 16 juni 2004.

Setelah umat Hindu memiliki rumah ibadah berupa pura, maka selanjutnya adalah mencari strategi menciptakan kerukunan baik internal maupun eksternal.

Maka pada tahun 1995 saya bergabung di Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Batam yang sekarang berubah nama menjadi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Batam berdasarkan PBM No.9 dan 8 Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Saya pernah menjadi Sekretaris Umum FKUB Kota Batam sampai tahun 2017 dan sekarang menjabat Ketua Bidang Penyiaran.

Saya ingin berkiprah dan berperan menjaga Batam agar tetap kondusif. Kita ketahui bersama bahwa Kota Batam bisa menjual aset Jasa dan para Investor sangat tergantung suasana yang aman di Kota Batam. Kerukunan merupakan investasi yang berharga di kota Batam. Jika kerukunan di Kota Batam terganggu maka investor tidak akan mau menanamkan modal di Kota Batam. Tujuan dari masuknya saya di kepengurusan FKUB juga Juga untuk pembinaan umat Hindu secara internal. Saya ingin menjadi sosok mediator bagi umat yang lainnya (pendamai). Itulah  alasan saya bergabung di FKUB. Singkat cerita saya mengambil pendidikan program Doktor di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

Adapun judul Disertasi yang saya buat adalah Pengaruh Budaya Keluarga, Pengelolaan Konflik, Toleransi dan Kerukunan antar Umat Beragama Terhadap Stabilitas kehidupan Masyarakat di Kota Batam.

Saya ingin mengetahui jawaban dari hipotesa yang saya buat yaitu bagaimana tingkat kerukunan umat beragama di kota Batam dalam hal menciptakan stabilitas kerukunan di Kota Batam. Bagaimana masyarakat hidup, dan merasakan ketenangan, aman, nyaman, tidak terganggu serta bebas melakukan aktifitas sosial.

Perihal Pengelolaan konflik, hampir semua orang berpikir bahwa konflik itu dalam artian phisik, bentrokan phisik. Maskud dari penelitian ini bukan bentrokan phisik, tetapi lebih kepada bagaimana mengelola, menjaga kerukunanan, manajemen konflik dimulai dari sebelum terjadi konflik, bukan setelah ada konflik terjadi kemudian mengobati.

Sejarah mencatat di tahun 2000 di Kota Batam memang pernah terjadi di mana masyarakat saling membenci satu sama lain, menyebar fitnah, menghina, dan menjelekkan satu dengan yang lainnya.  Hal ini yang harus kita cegah di masa sekarang dengan mengelola pendekatan persuasif kita. Saya kira cukup jelas.

Fakta yang kedua bahwa konflik yang terjadi di Kota Batam pada masa lampau itu terjadi atas dasar pendirian rumah ibadah. Ini adalah alasan klasik, bukan fanatisme umatnya tetapi permasalahan lahan yang menjadi pemicunya.

Di Kota Batam perizinan lokasi lahan diberikan oleh Otorita Batam yang sekarang berubah nama menjadi Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) tetapi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dikeluarkan oleh Pemkot Batam.

Di komplek perumahan banyak kita jumpai Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial. Banyak orang mendirikan tempat ibadah di tempat umum (fasum) dan ada juga di ruko. Hal ini memicu konflik, dan FKUB sering menangani konflik ini.

Dari pengalaman inilah maka pengelolaan konflik sebelum konflik itu terjadi sangatlah penting. Fakta selanjutnya adalah Pada tahun 2017 ini ternyata masyarakat Kota Batam hidup rukun, hubungan antar umat beragama tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah pengalokasian lahan. Yang kedua politik menjelang Pilkada.

Selanjutnya adalah Pengaruh budaya keluarga terhadap stabilitas kehidupan masyarakat. Semakin baik budaya keluarga maka akan semakin baik pula mengatasi konflik dan mengatasi stabilitas. Di dalam budaya keluarga ada beberapa tingkatan.

Yang pertama hubungan antara suami dengan istri, yang kedua adalah hubungan antara ibu dengan anak, kemudian hubungan ayah dengan anak, dan yang terakhir adakah hubungan antara  anak dengan  anak. Hubungan integritasi ini  semuanya terjadi dalam sebuah keluarga. Kita tahu bahwa keluarga adalah satuan masyarakat yang terkecil. Kualitas hubungan dalam keluarga inilah yang akan mempengaruhi pribadi/personal untuk selanjutnya akan berpengaruh pada bagaimana dia hidup dan berhubungan dengan masyarakat, dengan tetangga, dengan umat beragama. Dan terbukti di Kota Batam suasananya tetap kondusif. Masyarakat Kota Batam akan mengedepankan kondusifitasnya menuju Kota Batam sebagai bandar dunia yang madani. Penelitian ini akan direkomendasikan kepada pemerintah. Maka penelitian ini akan sangat berguna tidak hanya bagi peneliti, tetapi juga bagi pengambil kebijakan strategis di pemerintahan.

Masyarakat Kota Batam adalah masyarakat yang heterogen, masyarakat industry yang terdiri dari  6 (enam) agama. Dan Prov. Kepulauan Riau mendapat urutan no 2 untuk tingkat nasional dalam hal kerukunan umat beragama.

Apa Motivasi Pak Wayan Mengambil Program Study S-3?
Jawaban:
Di manapun kita hidup, bekerja dan mengabdi kepada bangsa akan selalu ada fenomena, paradigma yang baru bahwa kita berhadapan dengan orang dan masyarakat
Saya mengambil program S3 jurusan ilmu Manajemen konsentrasi manajemen SDM. Walau kita memimpin perusahaan, tetapi yang kita hadapi adalah manusia. Lalu bagaimana pendekatan kita terhadap manusia yang lain? Kita harus mampu mengelola dan menggunakan aset human capital, human social, Inilah sebuah proses upgrade diri. Minimal kita bisa menjadi contoh figure bagi keluarga. Saya berharap anak - anak saya bisa terinspirasi minimal sama atau bisa lebih.

Yang ketiga adalah kita harus menjadi diri kita sendiri, bukan menjadi orang lain. Setelah menyandang Doktor minimal adalah perubahan laku behavior, bagaimana memimpin umat, memimpin masyarakat. Kita tidak harus menjadi pemimpin formal. Kita setiap hari berjumpa dengan orang lain. Minimal kita menggunakan fungsi manajamen untuk pendekatan persuasif kepada orang lain

Mengapa Pak Wayan tertarik meneliti dengan judul “Pengaruh Budaya keluarga, Pengelolaan Konflik, Toleransi dan Kerukunan antar Umat Beragama terhadap Stabilitas kehidupan Masyarkat di Kota Batam?

Jawaban:

Pertama  saya melihat fenomena dan gejolak sosial yang teradi di kota Batam, di mana Batam sebagai daerah industri atau dikenal dengan Batam Industrial Development Authority seharusnya memperhatikan sumber daya manusia yang diharapkan mampu menjaga Batam tetap kondusif dan menjadi pilihan bagi investor asing untuk menanamkan modal di kota Batam. Terkait dengan hal tersebut maka hendaknya kita menjaga stabilitas kehidupan dengan mempertahankan bahwa investor merasa nyaman, aman, tidak terganggu dan  bebas melakukan aktifitas sosial kemasyarakatan. SDM yang baik tentu berasal dari kebiasaan dan budaya dari kehidupan keluarga. Semakin baik budaya di keluarga maka stabilitas di masyarakat akan menjadi meningkat lebih baik dan begitu sebaliknya. Keunikan penelitian saya ini adalah penelitian yang sifatnya preventif yaitu menjaga stabilitas kehidupan masyarakat sebelum terjadi konflik. Adapun kesimpulan dari sebuah penelitian saya bahwa :

1. Terdapat pengaruh langsung positif budaya keluarga terhadap stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam, yang berarti meningkatnya pengaruh budaya keluarga menyebabkan meningkatnya stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam.
2. Terdapat pengaruh langsung positif pengelolaan konflik terhadap stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam, yang berarti bahwa meningkatnya pengelolaan konflik menyebabkan meningkatnya stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam.
3.    Terdapat pengaruh langsung positif toleransi terhadap stabilitas masyarakat di Kota Batam, yang berarti bahwa meningkatnya toleransi masyarakat menyebabkan meningkatnya  stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam.

4.  Terdapat pengaruh langsung positif kerukunan antar umat beragama terhadap stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam, yang berarti bahwa meningkatnya kerukunan umat beragama menyebabkan meningkatnya stabilitas kehidupan masyarakat di Kota Batam.
5. Terdapat pengaruh langsung positif budaya keluarga terhadap kerukunan antar umat beragama, yang berarti bahwa meningkatnya pengaruh budaya keluarga menyebabkan meningkatnya kerukunan antar umat beragama di Kota Batam.

6.  Terdapat pengaruh langsung positif pengelolaan konflik terhadap kerukunan antar umat beragama, yang berarti bahwa meningkatnya pengelolaan konflik menyebabkan meningkatnya kerukunan antar umat beragama di Kota Batam.

7.   Terdapat pengaruh langsung positif  toleransi terhadap kerukunan antar umat beragama, yang berarti bahwa meningkatnya toleransi menyebabkan meningkatnya kerukunan antar umat beragama di Kota Batam.

8.    Terdapat pengaruh langsung positif budaya keluarga terhadap toleransi, yang berarti bahwa meningkatnya pengaruh budaya keluarga menyebabkan meningkatnya toleransi masyarakat di Kota Batam.

9.  Terdapat pengaruh langsung positif pengelolaan konflik terhadap toleransi, yang berarti bahwa meningkatnya pengelolaan konflik menyebabkan meningkatnya toleransi masyarakat di Kota Batam.

Berbeda dengan penelitian yang terdahulu, seperti peristiwa di Situbondo, bahwa penelitiannya pasca konflik. Begitu juga di Ambon, dan Poso. Preventif jauh lebih baik dari pada korektif yaitu menangani setelah konflik itu terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar