Bagian Kesra Pemerintah Kota Batam mengadakan Pembinaan Umat Hindu Sekota Bata. acara dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu dari tanggal 28 s/d 29 Nopember 2014 betempat di Hotel Nagoya Plasa, Acara diikuti oleh lebih kurang 100 umat Hindu yang ada di Kota Batam. hadir dalam kesempatan itu Kepala Bagian Kesra Pemko Batam, Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd, pembimas Hindu Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau, Eko Prasetyo, S.Ag selaku penyelenggara Hindu Bimas Hindu Kanto Kementerian Agama kota Batam, Ketua FKUB Kota Batam dan tamu undangan lainya.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkakan pemahaman umat Hindu di Kota Batam di bidang filsafat agama Hindu. Ada 3 (tiga) narasumber yang hadir yaitu I Gede Jaman, S.Ag, M.Si, dari Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI yang mebawakan dasar - dasar agama Hindu. Narasumber kedua adalah Drs. I Wayan Catrayasa, MM yang membawakan kewirausahaan dalam agama Hindu dan Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd.
Peserta sangat antusias mengikuti acara dari awal sampai dengan selesai. Ke depan acara seperti ini bisa diadakan lagi dan lebih meningkat dari kualitas dan kuantitasnya. Dan pada kesempatan ini tidak lupa kepada Pemko Batam yang telah memfasilitasi acara ini dari awal sampai akhir.
Selasa, 31 Maret 2015
Kunjungan Ketua Yayasan Jaringan Hindu Nusantara (YJHN) ke Kota Batam
Acara dipusatkan di Pura Satya Dharma, Muka Kuning, Batam Indo, Dormitory, Kecamatan Sei Beduk. Dalam Paparanya beliau menghimbau kepada generasi muda Hindu agar mengenal tri Kerangka Dasar Agama Hindu terlebih dahulu baru ke hal - hal yang lain yang agak sulit dipelajari.
Generasi muda harus mengenal Tattwa yaitu ajaran filsafat Hindu agar kita tidak mudak terpengaruh dan selalu memilikki wiweka. Generasi muda haru memlikki etika yaitu tingkah laku yang baik, dan terakhir generasi muda Hindu harus mengetahui upakara sebagai bagian dari pelaksanaan kegamaan.
Beliau juga menekankan pada penguasaan Panca Sradha pada siswa sejak usia dini. Kuatkan dulu sradha kita baru berargumen dengan orang lain beda agama. Seperti kita ketahui bersama Panca Sradha adalah 5 (lima) dasar keyakinan umat hindu yaitu 1. Widhi Tattwa (percaya pada adanya Brahman/Tuhan/God), 2. Atma Tattwa (percaya terhadap adanya Atman yang memberikan daya hidup), 4, perccaya terhadap adanya karma phala, 4 percaya terhadap reinkarnasi, 5. Moksa yang artinya umat Hindu harus perccaya terhadap adanya Pembebasan bersatu dengan Tuhan.
Pada hari Sabtu bertepatan dengan Purnama Beliau juga memberikan dharma wacana keada umat Hindu di Pura Agung Amertha Bhuana Batam.
Umat sangat antusias mengikuit pembinaan yang diberikan oleh beliau. dan kita harapkan acara seperti ini terus kita laksanakan di Kota Batam agar jaya Sanathana dharma.
Makna Perayaan Nyepi 1937 Saka
Umat Hindu di Kota batam Melaksanakan Perayaan Nyepi dengan sederhana tetapi penuh dengan makna. rangkaian demi rangkaian telah dlakukan. Puncaknya adalah pelaksanaan Catur Brata Penyepian pada tanggal 21 Maret 2015 yang disusul dengan Dharma Santi..
Hari raya Nyepi dirayakan setiap tahun sekali pada Sasih Kesanga, biasanya jatuh pada bulan
Maret atau April. Dan pada tahun ini
Nyepi jatuh pada hari Sabtu, 21 Maret 2015. Beberapa hari sebelum Nyepi
diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur Kesanga ini dilaksanakan pada Tilem Kesanga. Keesokan harinya, pada
tanggal apisan Sasih Kedasa
dilaksanakan brata penyepian. Setelah
Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan
kemudian umat melaksanakan Dharma Shanti.
Rangkaian Pertama Nyepi yang dilaksanakan umat Hindu Batam adalah Bhakti Sosial di Panti Wredha (Panti Jompo) di Kawasan Ocarina pada hari Minggu, 8 Mare 2015. Kegiatan ini diprakarsai oleh Ibu - Ibu yang tergabung dalam WHDI. Tujuan kegiatan ini adalah membantu meringankan beban sesama menyumbangkan sebagian kecil harta kita adalah termasuk perbuatan Drewya yajna. Parisada telah menetapkan 4,7 % penghasilan yang kita puniakan melalui sebuah Badan Dharma Nasional (BDDN).
Pada Hari Minggu, 15 Maret 2015 bertempat di aula Pasraman Jnana Sila Bhakti, Umat Hindu Kota Batam kembali melakukan Donor darah yang bekerjasama dengan PMI Kota Batam, Terkumpul sekitar 40 kantong darah. Ini melebihi target yang ditetapkan panitia yaitu 30 kantong.
Pada Hari Kamis pagi, 19 Maret 2015, Panitia Nyepi mengadakan Talkshow Interaktif Nyepi di RRI Kota Batam, Dataran Engku Putri. Acara diisi Oleh Ir Wayan Jasmin selaku ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau, Drs. I Wayan Catra Yasa, MM selaku Dharma Duta Parisada yang juga merupakan sesepuh umat dan Eko Prasetyo, S.Ag selaku Penyeleggara Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama kota Batam. Adapun yang menjadi bahasan pada acara itu adalah makna Nyepi, rangkaian perayaan Nyepi di Kota Batam dan himbauan Pemerintah kaitanya dengan tri Kerukunan Umat Beragama di Kota Batam. Setelah acara Talk Show selesai panitia Nyepi melaksanakan audiensi kepada kepala kantor kementerian Agama Kota Batam, Drs. H. Zulkifli, M.Si. Audiensi membahas seputar persiapan Pawai ogoh-ogoh dan acara akan dibuka oleh beliau sendiri. Ini merupakan wujud perhatian dan apresiasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama terhadap pelaksanaan ibadah umat Hindu.
Dilanjutkan pada sore harinya umat Hindu Batam mengadakan Melasti di Danau Sei Ledi. Upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swamandala
sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana
Artinya:
Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan
kepapaan dan kekotoran alam.
Dalam Lontar
Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining
amerta kamandalu ring telenging sagara
Artinya:
Mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah
samudera.
Sumber lain menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan wastra:
Pesucian dewa kalinggania pamratista bethara kabeh
Menusucikan sthana para dewa
Jadi tujuan Melasti di samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari
kehidupan di tengah samudera. Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang
penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita
mencari sari-sari kehidupan
Setelah upacara Melasti , maka dilaksanakan upacara Tawur Kesanga. Menurut petunjuk lontar Sanghyang Aji Swamandala, Tawur
Kesanga termasuk upacara Bhuta Yajna.
Yajna ini dilaksanakan manusia dengan tujuan untuk menumbuhkan kesejahteraan
alam lingkungan. Dalam Sarasamuscaya 135
(terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan bahwa untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus
menyejahterakan semua makhluk (Bhutahita).
“Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan masih
ring sarwa prani.”
Artinya:
Oleh karenanya, usahakanlah kesejahteraan semua
makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk.
“Apan ikang
prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mang dharma, artha
kama moksha.”
Artinya:
Karenanya
kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha.
Upacara Taur Kesanga bertujuan untuk memotivasi umat Hindu secara ritual
untuk senantiasa melestarikan alam beserta isinya. Upacara taur juga bertujuan
untuk menyeimbangkan energI alam, karena alam terdiri dari energI positif dan
negatiF. Melalui prosesi taur kita melakukan mecaru untuk menyeimbangkan
kekuatan unsur bhuta kala sehingga dapat ikut menjaga kelangsungan dunia.
upacara Taur Kesanga identik dengan Pawai Ogoh-ogoh. Ogoh - Ogoh dilambangkan sebagai bhuta kala yang merupakan gambaran sifat buruk manusia (sad ripu) seperti marah, iri, lobha, serakah, bingung dan lain sebagainya. Setelah selesai diarak ogoh-ogoh ini akan dibakar sebagai simbola bahwa kita telah membakar sifat buruk manusia sehingga pada esok harinya umat Hindu tenang dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Dalam sastra disebutkan pula bahwa pawai ogoh - ogoh juga membantu para bhuta kala meningkatkan kualitas kesucianya sehingga bhuta kala menjadi nyomya atau somya. Acara Pawai ogoh -Ogoh dilepas secara resmi oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam, beliau berpesan agar selama pawai peserta mematuhi peraturan, menjaga ketertiban, tidak membuang sampah sembarangan. Beliau mengajak umat Hindu ikut membantu kota Batam. Adapaun rute pawai kali adalah sepanjang Jalan Gajah Mada, Sei Ledi, sampai traffic ligt SPBU pertama lalu putar arah. Hal ini untuk menghindari kemacetan yang panjang.
Pada tanggal satu Sasih Kedasa tepat pada hari Sabtu 21 Maret 2015,
dilaksanakan brata penyepian. Brata penyepian ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut:
“…..enjangnya nyepi amati
geni, tan wenang sajadma anyambut karya, sakalwirnya, ageni-geni saparanya tan
wenang, kalinganya wenang sang wruh ring tattwa gelarakena semadi tama yoga
ametitis kasunyatan.”
Artinya:
“….besoknya,
Nyepi, tidak menyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan,
berapi-api dan sejenisnya juga tidak boleh, karenanya orang yang tahu hakekat
agama melaksanakan samadhi tapa yoga menuju kesucian.”
Parisada Hindu Dharma Indonesia telah mengembangkan menjadi Catur
Brata Penyepian untuk umat pada umumnya yaitu:
- Amati Geni (tidak menyalakan api). Maksudnya adalah bukan hanya tidak menyalakan api sungguhan, namun kita harus mematikan amarah dalam diri kita sendiri.
- Amati Karya (tidak bekerja). Maksudnya menyepikan indera-indera kita terhadap aktivitas duniawi, mengendalikan indera-indera kita. Kita senantiasa diharapkan untuk melakukan meditasi pada Brahman.
- Amati Lelungan (tidak bepergian). Maksudnya adalah kita tidak membiarkan pikiran mengembara tak tentu arah, pikiran senantiasa diarahkan untuk selalu memikirkan hal-hal tentang keagungan Brahman.
- Amati Lelanguan (tidak mencari kesenangan). Maksudnya bahwa kita harus membatasi kesenangan sehari-hari, seperti makan dan minum, nonton TV dan sebagainya.
Tujuan utama Brata Penyepian
adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan
dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma,
artha, kama dan moksha. Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan
masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama
upacara Tawur Kesanga tentunya
merupakan tuntutan hidup masa kini dan masa datang. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang
melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur”
berarti mengembalikan atau membayar.
Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber
alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan
perbuatan member, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan
member perlu selalu dilakukan agar karma
wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti memotivasi umat Hindu untuk
selalu menyeimbangkan jiwa.
Hendaknya Nyepi dirayakan
dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang
tinggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan
melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju
jalan yang benar atau dharma.
Untuk melaksanakan Nyepi
yang benar-benar spiritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.
Upawasa artinya melakukan puasa, tidak
makan dan minum selama 24 jam. Kata “upawasa”
dalam Bahasa Sanskerta berarti kembali suci. Mona artinya tidak bicara (termasuk dalam pikiran). Dhyana artinya melakukan pemusatan
pikiran pada Brahman atau lebih sering disebut meditasi. Arcana yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci
atau tempat pemujaan keluarga di rumah
.
Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksanakan dengan
niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu.
Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebasan
rohani itu memang juga suatu ikatan, namun ikatan itu dilakukan dengan penuh
keikhlasan.
Dan pada hari Minggu, 29 Maret 2014 umat Hindu Kota Batam mengadakan gerakan penghijauan sekitar pura Agung Amertha Bhuana. Kegiatan ini merupakan rangkaian peryaan hari Raya Nyepi dan rangkaian puncak hari raya Nyepi adalah Dharma Santi Nyepi yang rencananya akan diadakan di Hotel Planet Holliwood pada hari Sabtu, 25 April 2015. Semoga acara berjalan lancar.
Demikian sedikit ulasan tentang perayaan hari raya Nyepi 1937 Saka di Kota Batam, Semoga
kita semua dapat melaksanakan rangkaian perayaan Nyepi 1937 saka dengan baik.
Semoga melalui moment penyadaran diri untuk menjadi umat hindu yang lebih baik.
Senin, 30 Maret 2015
Umat Hindu Batam Mengadakan Penghijauan Sekitar Pura
Anaad bhavanti bhuutani
prajnaad annasambhavad
yajnad bhavati parjanyo
yajnah karma samudbhavah
(Pancama Veda. III.14)
Makanan berasal dari tumbuhan
tumbuhan berasal dari hujan
hujan berasal dari yajna
yajna adalah karma dan kegiatan kerja itu sendiri
Pada Hari Minggu, 29 Maret 2015 hujan begitu deras membasahi kota Batam. tetapi hanya sebentar. Hal ini tidak mengurungkan niat umat Hindu Batam untuk melaksanakan penghijauan di sekitar pura. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari rangkaian Nyepi 1937 Saka di mana Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat telah membuat surat edaran yang isinya ajakan untuk melakukan kegiatan sosial yang berdampak positif salah satunya adalah penghijauan.
dalam acara penghijauan itu hadir Ir. Wayan Jasmin, ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau, kemudian Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia Provinis Kepulauan Riau Ny. Dara Astuti, Ketua Badan Otorita Pura (BOP) Komang Trisna Jaya, Ketua Banjar dan umat Hindu Kota Batam yang menyempatkan diri hadir.
Hutan adalah paru paru dunia dan Tumbuh-tunbuhan adalah penyangga hutan itu sendiri. Jika hutan rusak maka manusialah yang merasakan dampaknya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan menipisnya lapisan Ozon. Sepintas memang terlihat sepele kegiata penghijauan tetapi jika semua orang mau menanam pohon maka dampaknya akan kita rasakan sampai anak cucu kita. Hutan adalah perwujudan rambut Siwa yang berfungsi menahan erosi air banjir dan sebagainya.
Budaya menanam pohon merupakan wujud nyata dari Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan hidup manusia di dunia ini yaitu: 1. Parahyangan artinya hubungan yang baik antara manusia dengan penciptanya sendiri, 2 pawongan yaitu ubungan yang baik antara manusia dengan sesama manusia, 3 palemahan yaitu ubungan yang baik antara manusia dengan alam sekitar tempat kita tinggal. Jika kita berbaik dengan alam maka alam akan baik kepada kita demikian pula sebaliknya. Budaya penghijauan harus kita sosialisasikan kepada anak-anak di pasraman. Ke depan kegiatan ini akan menjadi agenda rutin setiap tahun sebagai rangkaian Nyepi dan ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitasnya.
prajnaad annasambhavad
yajnad bhavati parjanyo
yajnah karma samudbhavah
(Pancama Veda. III.14)
Makanan berasal dari tumbuhan
tumbuhan berasal dari hujan
hujan berasal dari yajna
yajna adalah karma dan kegiatan kerja itu sendiri
Pada Hari Minggu, 29 Maret 2015 hujan begitu deras membasahi kota Batam. tetapi hanya sebentar. Hal ini tidak mengurungkan niat umat Hindu Batam untuk melaksanakan penghijauan di sekitar pura. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari rangkaian Nyepi 1937 Saka di mana Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat telah membuat surat edaran yang isinya ajakan untuk melakukan kegiatan sosial yang berdampak positif salah satunya adalah penghijauan.
dalam acara penghijauan itu hadir Ir. Wayan Jasmin, ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau, kemudian Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia Provinis Kepulauan Riau Ny. Dara Astuti, Ketua Badan Otorita Pura (BOP) Komang Trisna Jaya, Ketua Banjar dan umat Hindu Kota Batam yang menyempatkan diri hadir.
Hutan adalah paru paru dunia dan Tumbuh-tunbuhan adalah penyangga hutan itu sendiri. Jika hutan rusak maka manusialah yang merasakan dampaknya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan menipisnya lapisan Ozon. Sepintas memang terlihat sepele kegiata penghijauan tetapi jika semua orang mau menanam pohon maka dampaknya akan kita rasakan sampai anak cucu kita. Hutan adalah perwujudan rambut Siwa yang berfungsi menahan erosi air banjir dan sebagainya.
Budaya menanam pohon merupakan wujud nyata dari Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan hidup manusia di dunia ini yaitu: 1. Parahyangan artinya hubungan yang baik antara manusia dengan penciptanya sendiri, 2 pawongan yaitu ubungan yang baik antara manusia dengan sesama manusia, 3 palemahan yaitu ubungan yang baik antara manusia dengan alam sekitar tempat kita tinggal. Jika kita berbaik dengan alam maka alam akan baik kepada kita demikian pula sebaliknya. Budaya penghijauan harus kita sosialisasikan kepada anak-anak di pasraman. Ke depan kegiatan ini akan menjadi agenda rutin setiap tahun sebagai rangkaian Nyepi dan ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitasnya.
Kunjungan WHDI Prov. DKI Jakarta ke Pura Agung Amertha Bhuana Batam
Pada Hari Ranu, 25 Maret 2015 umat Hindu Kota Batam kembali kedatangan tamu, kali ini dari rombongan Ibu - Ibu WHDI Prov. DKI Jakarta. Romgongan sengaja melakukan matur piuning terlebih dahulu sebelum tirtha yatra ke Kuil Siwa di Thailand dan Patung Dewa Murugan Malaysia dan terakhir singgah di Singapura. Rombongan berjumlah sekitar 150 orang. Rombongan disambut oleh Ketua WHDI Prov. Kepulauan Riau, Ny. Dara Astuti, Ketua WHDI Kota Batam, Ny. Anak Agung Ketut Adi, Sesepuh Umat sekaligus Dharma Duta Parisada, Drs. I Wayan Catra Yasa, MM, Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Eko Prasetyo, S.Ag dan umat Hindu Se-Kota Batam.
Acara dimulai dengan persembahyanga bersama yang dipandu oleh Jero Mangku Putu Satria Yasa. Peserta menjadi termantapkan sradha bhaktinya setelah ketua Tim rombongan Ibu - Ibu WHDI DKI Jakarta menyampaikan Dharma Wacana tentang makna Tirtha Yatra dan manfaatnya dalam kehidupan umat Hindu. Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Drs. I Wayan Catra Yasa, MM yang menceritakan sejarah pembangunan pura Agung Amertha Bhuana Kota Batam.
Ibu-Ibu WHDKI Prov. DKI Jakarta menyajikan tari Rejang Dewa yang merupakan Tari Penyambutan dann pemujaan pada para Dewa yang berstana di Pura ini. Ibu-Ibu WHDI Kepulauan Riau juga tidak kalah serunya, mereka menyajikan tari sambutan khas Melayu. Di akhir acara dilanjutkan dengan acara ramah tamah di aula Pasraman Jnana Sila Bhakti. Acara ramah tamah diisi dengan sambutan-sambutan, pemberian cindera mata kenang-kenangan dari WHDI DKI Jakarta, potong tumpeng, lagu melayu dan tari Maumere yang membuat suasana menjadi tambah semark.
Acara dimulai dengan persembahyanga bersama yang dipandu oleh Jero Mangku Putu Satria Yasa. Peserta menjadi termantapkan sradha bhaktinya setelah ketua Tim rombongan Ibu - Ibu WHDI DKI Jakarta menyampaikan Dharma Wacana tentang makna Tirtha Yatra dan manfaatnya dalam kehidupan umat Hindu. Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Drs. I Wayan Catra Yasa, MM yang menceritakan sejarah pembangunan pura Agung Amertha Bhuana Kota Batam.
Ibu-Ibu WHDKI Prov. DKI Jakarta menyajikan tari Rejang Dewa yang merupakan Tari Penyambutan dann pemujaan pada para Dewa yang berstana di Pura ini. Ibu-Ibu WHDI Kepulauan Riau juga tidak kalah serunya, mereka menyajikan tari sambutan khas Melayu. Di akhir acara dilanjutkan dengan acara ramah tamah di aula Pasraman Jnana Sila Bhakti. Acara ramah tamah diisi dengan sambutan-sambutan, pemberian cindera mata kenang-kenangan dari WHDI DKI Jakarta, potong tumpeng, lagu melayu dan tari Maumere yang membuat suasana menjadi tambah semark.
Senin, 23 Maret 2015
PANITIA NYEPI AUDIENSI DENGAN KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA BATAM
Pada hari Kamis, 19
Maret 2015 bertempat di Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Sei Harapan,
Sekupang, Panitia Nyepi Kota Batam melaksanakan audiensi dengan Kepala Kantor
Kementerian Agama Kota Batam. Hadir pada kesempatan itu Ir. Wayan Jasmin selaku
ketua Panitia Nyepi sekaligus Ketua Parisada Provinsi Kepulauan Riau, Drs. I
Wayan Catra Yasa, MM selaku sesepuh umat Hindu dan Sekretaris Umum FKUB Kota
Batam dan Eko Prasetyo, S.Ag selaku Penyelenggara Hindu pada kantor Kementerian
Agama Kota Batam.
Dalam audiensi itu
dibahas persiapan-persiapan teknis rangkaian Perayaan Nyepi 1937 Saka yang
diawali dengan prosesi Melasti pada Hari Kamis sore, jam 17.00 WIB. Selanjutnya
Pelaksanaan Taur Kesanga dilaksanakan pada Hari Jumat, 20 Maret 2015 jam 17.00
bertempat di lapangan parkir Pura Agung Amertha Bhuana Kota Batam yang disertai
dengan pawai Ogoh-ogoh. Adapun rute pawai ogoh-ogoh yang disepakati adalah dari
halaman parkir Pura Agung Amertha Bhuana munuju Lampu Merah SPBU Sekupang
kemudian putar arah dan kembali ke Pura Agung Amertha Bhuana. Jika terlalu
panjang rute pawai Ogoh-ogoh akan mencipataka kemacetan yang luar biasa
mengingat Kota Batam adalah kota yang rawan dengan kemacetan lalu lintas. Selanjutnya
pada hari Sabtu sampai dengan hari Minggu umat Hindu Kota Batam pada khususnya
melaksanakan catur Brata Penyepian. Disepakati juga bahwa rencana pelaksanaan
Dharma Santi Nyepi adalah pada tanggal 25 April 2015 bertempat di Hotel Planet
Holiday Batam.
Dalam kesempatan itu Drs.
H. Zulkifli Aka, M.Si selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam
menghimbau kepada Panitia dan umat Hindu untuk melaksanakan prosesi rangkaian
Nyepi dengan tertib dan tenang. Beliau menghimbau agar umat tidak mengotori
Kawasan Konservasi Danai Sei Ledi, tidak menebang pohon, tidak membakar hutan
dan mengotori Danau. Pada saat pawai Ogoh – ogoh beliau berharap agar pawai
dilaksanakan dengan tertib dan mematuhi pertuaran yang ada. Jangan merusak
fasilitas umum, jangan mengganggu pengguna kendaraan bermotor dan tidak
membuang sampah sembarangan.
Dalam kesempatan itu
Drs. H. Zulkifli Aka, M.Si menyatakan siap hadir dalam acara Taur Kesangan dan
memberikan sambutan sekaligus melepas secara resmi pawai Ogoh-Ogoh Nyepi 1937
Saka Umat Hindu Batam. Panitia dan umat diharapkan untuk berkoordinasi dengan
Intansi terkait seperti Dinas Kehutanan, Dinas Konservasi air dan hutan serta
aparat Kepolisian yang menertibkan lalu lintas saat pawai. Semua pihak juga
diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat pawai ogoh – ogoh dilaksanakan
di tempat terbuka, bias saja kasus pencurian dan pencopetan terjadi saat pawai
ogoh – ogoh.
PAWAI OGOH - OGOH PADA TAUR KESANGA UMAT HINDU BATAM
Pada
Hari Jumat, 20 Maret 2015 bertempat di Lapangan Parkir Pura Agung Amertha
Bhuana, Umat Hindu Kota Batam menyelengarakan persembahyangan bersama dalam
rangka Taur Agung Nyepi 1937 Saka seklaigus melaksanakan pawai Ogoh –
Ogoh. Acara diikuti oleh sedikitnya 200
jiwa umat Hindu yang berdomisili di Kota Batam. Hadir dalam kesempatan itu
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Drs. H. Zulkifli Aka, M.Si
didampingi Eko Prasetyo, S.Ag, penyelenggara Hindu kantor Kementerian Agama
Kota Batam. Tujuan dari Upacara Taur Agung ini adalah harmonisasi alam semesta
sehingga tercipta keseimbangan antara energi positif dan negativ. Sehingga
energi negative tidak dominan dan tidak menguasai pikiran manusia. Taur Agung
merupakan implementasi ajaran Tri Hita Karana yang artinya 3 (tiga) hubungan
yang menyebabkan kebahagiaan manusia yaitu Parahyangan hubungan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhan, pawongan yang artinya hubungan yang harmonis anta sesama manusia, dan Palemahan yang artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungan sekitar
tempat kita tinggal.
Di
Sela-sela prosesi acara Kepala Kantor Kementerian Agama menjelaskan kepada
media massa baik cetak dan elektronik bahwa Perayaan Nyepi tahun ini adalah
sebauah sinergi yang baik antara umat Hindu, Pengurus Umat dan Pemerintah.
Acara ini merupakan kerja keras panitia yang dipelopori oleh Parisada Provinsi
Kepulauan Riau dan Parisada Kota Batam. Ke depan hal baik seperti ini harus
kita tingkatkan dengan tetap memelihara Tri Kerukunan Umat beragama di Kota
Batam. Tri Kerukunan Umat Beragama yaitu kerukunan anatara umat seagama, kerukunan antara umat berbeda agama dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. ketiganya harus berjalan beriringan satu dengan yang lain agar terbentuk kehidupan beragama yang harmonis. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam juga memberikan sambutan
sekaligus melepas secara resmi pawai Ogoh-ogoh Nyepi umat Hindu Kota Batam.
Dalam sambutanya beliau menghimbau kepada umat hindu Kota Batam untuk berperan
aktif dalam kegiatan di Kota Batam dan bersama-sama membangun kota Batam. Beliau
juga berpesan agar pawai Ogoh – ogoh dilaksanakan dengan tertib, tidak
mengganggu pengguna jalan dan membuang sampah pada tempatnya.
Penyelenggara
Hindu kantor Kementerian Agama Kota Batam juga menjelaskan bahwa tujuan upacara
Taur kesanga adalah menghilangkan energi negatif alam semesta. Hal ini dilambangkan
dengan pawai ogoh-ogoh. Ogoh – ogoh merupakan penggambaran bhuta kala dan sifat
buruk manusia seperti marah, iri, serakah, benci, malas dan sebagainya. Kita
harus mampu memerangi sifat buruk kita yang merupakan musuh dalam diri manusia.
Sehingga di akhir acara pawai ogoh –ogoh umat Hindu membakar 2 (dua) ogoh-ogoh
yang artinya kita membakar dan memusnahkan sifat buruk kita. Kali ini Ogoh –
ogoh sangat menarik karena umat Hindu Kota Batam membuat 2 (dua) ogoh –ogoh yang
diusung dan dimainkan oleh laki-laki dan perempuan.
Setelah
rangkaian upacara Taur Agung dan pawai ogoh – ogoh umat Hindu akan dapat
melaksanakan prosesi Catur Brata penyepaian dan menyambut tahun baru Saka 1937
Saka selama 24 jam dengan tenang dan damai. Adapun Catur Brata Penyepian
adalah: 1) amati karya artinya tidak bekerja, 2) amati geni artinya tidak
menyalakan api, 3) amati lelungan artinya tidak bepergian, 4) amati lelanguan
artinya tidak menikmati hiburan yang menyebabkan pemuasan hawa nafsu. Catur
Brata Penyepian dimulai pada Hari Sabtu, 21 Maret 2015 berakhir pada hari
Minggu, 22 Maret 2015. Dari Perayaan Catur Brata Penyepeian dirapkan terjadi
peningkatan kualitas spiritual umat Hindu di Kota Batam.
MELASTI DI DANAU SEI LADI OLEH UMAT HINDU KOTA BATAM
Pada hari Kamis, 19
Maret 2015 umat hindu Kota Batam menyelenggarakan Upacara Melasti sebagai
rangkaian Upacara Nyepi 1937 Saka di danau Sei Ledi, Sekupang Batam. Kegiatan
diikuti oleh lebih kurang 150 orang. Dalam acara itu hadir Ketut Suardita,
S.Pd, M.Pd, Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau. Acara
juga dihadiri oleh Eko Prasetyo, S.Ag, Penyelenggara Hindu pada Kantor
Kementerian Agama Kota Batam. Hadir juga ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau,
Wayan Jasmin, Parisada Kota Batam serta ketua lembaga agama keagamaan se-Kota
batam.
Acara dimulai pada
pukul 17 WIB dan selesai pada pukul 19.00 WIB. Dalam agama Hindu melasti juga
disebut dengan Mekiyis. Melasti bertujuan untuk menyucikan sarana dan prasarana
upacara yang akan digunakan dalam perayaan Nyepi berikutnya seperti Taur Agung
Kesanga yang jatuh pada hari Jumat, 20 Maret 2015. Melasti juga bertujuan untuk
memohon kesucian lahir dan batin serta memohon tirtha amertha yang bermanfaat
dalam kehidupan umat Hindu. Dalam Sastra suci dijelaskan “Amet sarining tirtha kamandalu ring telenging segara” yang artinya
bahwa melasti bertujuan untuk menyerap sari-sari tirtha amerta (tirtha
kehidupan) dari tengah-tengah lautan/segara). Kegiatan ini merupakan tindak
lanjut dari surat edaran Parisada Pusat yang diteruskan kepada umat oleh Dirjen
Bimas Hindu Kementerian Agama RI Jakarta. Perayaan Melasti sesuai dengan Tema
Nyepi 1937 saka yang ditetapkan oleh Parisada yaitu Penyucian Diri dan Alam
Semesta Menuju Peningkatan Kualitas Budaya kerja. Artinya jika jiwa dan raga
serta alam lingkungan sudah bersih maka kita akan mudah melaksanakan tugas dan
kewajiban kita sehari-hari.
Umat begitu antusias
mengikuti prosesi Melasti dari awal hingga akhir acara. Dari acara melasti ini
diharapka terjadi perubahan sikap spiritual umat Hindu di Kota Batam pada
khususnya. Terjadi peningkatan kualitas spiritual sehingga terjadi perubahan
sikap yang pada akhirnya bisa mencapai pencerahan batin. Demikian Penjelasan
Penyelenggara Hindu kantor Kementerian Agama Kota Batam.
Talk Show Nyepi di RRI Batam Menyapa
Pada Hari Jumat, 20
Maret 2015, bertempat di RRI Kota Batam, Dataran Engku Putri, Batam Center,
Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam mengikuti Talkshow
Nyepi. Adapun narasumber lainya adalah Ir. Wayan Jasmin, Ketua Panitia Nyepi
2015 Prov. Riau sekaligus Ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau. Narasumber
berikutnya adalah Drs. I Wayan Catra Yasa, MM selaku sesepuh umat dan
Sekretaris Umum FKUB Kota Batam. Adapun Topik yang dibawakan adalah Perayaan
Nyepi 1937 di Prov. Kepulauan Riau dan Kota Batam.
Paparan pertama disampaikan
oleh Drs. I Wayan Catra Yasa,MM yang menjelaskan makna perayaan hari Raya
Nyepi. Beliau menjelaskan bahwa semua rangkaian Nyepi pada intinya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kesucian diri dan alam semesta. Pada saat Melasti
umat Hindu wajib membersihkan sarana prasarana upacara di samping penyucian
diri. Pada saat Taur Agung umat Hindu diharapkan mampu mengharmonisasi kekuatan
alam sehingga kekuatan negative tidak dominan menguasai sifat manusia. Kita harus
mampu memerangi musuh dalam diri seperti marah, ego benci, malas dan
sebagainya. Hal ini dilambangkan dengan ogoh – ogoh (bhuta kala) yang
melambangkan sifat-sifat buruk manusia. Di akhir acara pawai ogoh – ogoh akan
dibakar yang artinya kita memusnahkan sifat-sifat negative dalam diri kita. Sehingga
umat bisa melaksanakan Catur Brata Penyepian dengan baik pada keesokan harinya.
Paparan narasumber yang kedua adalah Ir.
Wayan Jasmin. Beliau menyampaikan rangkaian perayaan Nyepi yang sudah
dilaksanakan di Kota Batam seperti Ceramah Keagamaan dari Parisada Pusat,
Pelatihan rohaniawan, ceramah keagamaan, bhakti social di Panti Wredha Ocarina,
Donor Darah di Pura Agung Amertha Bhuana, Penghijauan, Melasti, Taur Kesanga/Pawai
Ogoh-ogoh, catur Brata Penyepian, Ngembag Geni, dan dharma Santi Nyepi.
Pada Kesempatan
berikutnya adalah paparan dari Eko Prasetyo, S.Ag Penyelenggara Hindu Kantor
Kementerian Agama Kota Batam yang memaparkan kebijakan teknis pemerintah dalam
hal perayaan Nyepi dalam hal ini Bimas Hindu Kementerian Agama. Pemerintah juga
memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap kerja keras Panitia
Perayaan hari Raya Nyepi 1937 dan Umat Hindu Kota Batam yang telah bekerja
keras merencanakan, melaksanakan rangkaian Perayaan Nyepi. Penyelenggara Hindu
menyampaikan bahwa Umat juga bagaian dari Pembangunan Nasional di bidang
rohani. Hal ini sesuai dengan tema Nyepi Tahun ini yang ditetapkan oleh Parisada
Hindu Dharma Indonesia Pusat adalah: ”Penyucian
Diri dan Alam Semesta menuju Peningkatan Kualitas Kerja. Tema Nyepi ini
sejalan dengan 5 (lima) budaya kerja Kementerian Agama yaitu: Integritas, Professionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan Keteladanan.
Penyelenggara Hindu
menghimbau kepada umat Hindu untuk meningkatkan Tri Kerukunan Umat Beragama. Silahkan merayakan Nyepi dan melaksanakan
pawai ogoh-ogoh tetapi hendaknya tetap menghormati kebebasan beragama. Menghormati
pengguna jalan, tidak mengotori jalan dengan sampah, tidak merusak fasilitas umum
dan menjaga ketertiban umum.
Penyelenggara
Hindu juga menghimbau kepada umat Hindu untuk berdana punya melalui Badan
Dharma Dana Nasional (BDDN) Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Dana bisa
ditransfer ke rek a.n BDDN juga bisa kolektf, dikoordinir oleh satu orang. BDDN
Parisada menetapkan besaran dana punia 4,7 % dari pendapatan kita.
Jika semua ini
dapat terlaksana maka visi misi Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam
yaitu: ”terwujudnya Masyarakat Hindu Kota Batam yang taat beragama, cerdas,
mandiri, berakhlak mulia dan sejahtera lahir batin, menuju Batam Bandar Dunia
yang Madani”.
Senin, 16 Maret 2015
Umat Hindu Batam Ikuti Gerak Jalan HUT ke-15 Persatuan Kekeluargaan Indonesia Timur (PERKIT)
Dalam rangka memasyarakatkan olah raga dan mengolah ragakan
masyarakat, pada hari Minggu 15 Maret 2015, Persatuan Kekeluargaan Indonesia
Timur (PERKIT) mengadakan acara gerak jalan santai di seputaran Dataran Engku
Putri, Batam Center, Kota Batam. Acara ini diadakan dalam rangka perayaan HUT
PERKIT ke-15. Dalam organisasi ini tergabung 18 provinsi yang berada di Pulau
Kalimantan, Sulawesi, di Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Bali dan Papua. Dalam
acara itu hadir Gubernur Prov. Kepulauan Riau, Drs. H. Muhammad Sani, Wakil Gubernur Prov. Kepulauan Riau Dr. HM. Soerya Respationo, SH.MH, Walikota Batam Drs H Ahmad Dahlan MH, dan pejabat tinggi
lainnya. Acara juga dihadiri oleh Eko Prasetyo, S.Ag sebagai Penyelenggara
Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam. Acara gerak jalan santai dilepas
secara resmi oleh Gubernur Prov. Kepulauan Riau Drs. H. Muhammad Sani. Warga sangat antusias
mengikuti acara ini.
Rasa capek dan cuaca panas seolah tebayarkan dengan
diumumkannya undian pemenang doorprize berupa sepeda gunung, sepeda motor, dan
grand Prize 1 Unit minibus (mobil pribadi). Tetapi ada beberapa peserta gerak
jalan yang kecewa lantaran tidak memilikki KTP dengan domisili Kota Batam.
Panitia membatasi peserta hanya dari warga yang berdomisili di Kota Batam yang
ditunjukkan dengan menyerahkan foto copy KTP saat masuk di Kawasan Dataran
Engku Putri, Depan Kantor Wali Kota Batam. Acara bertambah meriah karena
diselingi dengan lagu Poco-Poco yang dibawakan oleh artis Ibu Kota Yopie Latul.
Pada kesempatan itu dlantik juga Pengurus Harian Pemuda
PERKIT. Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dalam sambutanya menyatakan bahwa
PERKIT merupakan organisasi yang ikut mensukseskan pembangunan nasional
khususnya di Prov. Kepulauan Riau.
Masyarakat behitu antusias dalam mengikuti acara ini dari
awal sampai berakhirnya acara. Warga berharap acara seperti ini terus diadakan
dan ditingkatkan lagi hadiahnya sehingga memberikan kepausan dan hiburan
tersedniri bagi warga Kota Batam. Di samping juga sebagai bentuk perhatian dan
peran serta PERKIT pada pembangunan Kota Batam.
Menyambut Nyepi 1937 Saka, Umat Hindu Batam selenggarakan Donor Darah
Tapah param krta yuge
tretayam jnanamucyate
dwapare yajnya wae wahur
danamekam kalau yuge
tretayam jnanamucyate
dwapare yajnya wae wahur
danamekam kalau yuge
Manava Dharmasastra I.86:
Artinya:
Di jaman kerta yuga tapalah yang paling utama, di jaman treta yuga dinyatakan
pengetahuan (jnana), di jaman dwapara disebut yajna, di jaman kali yuga dana
yang utama.
Dalam Bhagavadgita IV.28 dijelaskan:
Dravya yajnas tapoyajna
Yoga tajnas tatha pare
Svadhyaya jnanayajnas cha
Yatayah samsitavratah
Artinya:
Ada yang mempersembahkan harta, ada yang
mempersembahkan tapa, yoga, mempersembahkan pikiran yang terpusat, dan sumpah
berat dan mempersembahkan ilmu pengatahuan
Berdasarkan sloka di atas dapat kita ambil intisarinya, bahwa Yajna atau korban suci itu dapat
digolongkan menjadi lima jenis yajna
ini kita sepakati sebagai konsep Panca
Maha Yajna, yaitu: 1. Drewya Yajna, 2. Tapa
Yajna, 3. Yoga
Yajna, 4. Swadhyaya
Yajna, 5.Jnana
Yajna
Khusus untuk Swadhyaya Yajna yaitu yajna dengan menggunakan sarana “diri sendiri” sebagai persembahan. Pelaksanaan swadhya yajna dapat lakukan seperti. Dengan mendonorkan organ tubuh seperti tangan, kaki, ginjal, mata, jantung, Donor darah, Menyumbangkan tenaga, Menyumbangkan pikiran, Berperang demi negara
(bagi prajurit), dan Abhaya dana
artinya memberikan perlindungan bagi orang yang membutuhkan sebuah perlindungan
(Saramuccaya, 180).
Untuk Mewujudkan Swadhyaya Yajna, Pada hari Minggu, 15 Maret 2015
bertempat di aula Pura Agung Amertha Bhuana, Kota Batam, Umat Hindu Batam
bekerja sama dengan PMI Cabang Kota Batam Melaksanakan kegiatan Sosial
kemanusiaan berupa Donor Darah. Acara ini diprakarsai oleh beberapa orhanisasi
keamaan yang ada di Kota Batam seperti Parisada, WHDI (Wanita Hindu Dharma),
Pasraman, PERADAH Kep. Riau (Perhimpunan Pemuda Hindu). Acara ini dilaksanakan
sebagai lanjutan pelaksanaan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka
1937 sesuai arahan Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd (Pembimas Hindu Kanwil
Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau). Perayaan Nyepi tahun ini lain daripada
yang lain karena terinspirasi dari program pemerintah dan sesuai dengan 5
(lima) Budaya Kerja Kementerian Agama yaitu peningkatan Kualitas kerja.
Sehingga diharapkan umat Hindu terus melakukan kegiatan sosial dan aktif
memeliharaan lingkungan di samping memelihara Tri Kerukunan Umat Beragama.
Dalam Kegiatan itu hadir juga Eko Prasetyo, S.Ag selaku Penyelenggara Hindu
pada Kantor Kementerian Agama Kota Batam.
Di samping pelaksanaan Donor
Darah, PMI juga melayani umat Hindu untuk memeriksakan Golongan darah, HB
(Hemoglobine), kadar gula darah dan tekanan (tensi) darah. Hal ini sangat penting
agar umat Hindu selalu menjaga kesehatan khususnya terhadap pola makan agar
tidak mengalami kadar gula darah dan tekanan darah tinggi, stroke, jantung dll.
Sehingga di samping mendapatkan manfaat pahala dari ibadah yang mereka lakukan,
umat juga mendapatkan manfaat kesehatan.
Acara kali ini tergolong sukses
karena peserta yang bisa diambil darahnya sebanyak 40 kantong yang berarti telah
melebihi target yang ditetapkan oleh Panitia dan PMI yaitu 30 Kantong. Hal ini
terjadi berkat usaha keras panitia dan umat Hindu untuk mempersiapkan diri
melaksanakan kegiatan donor darah. Ke depan kegaiatan serupa diharapkan bisa
meningkat baik dari segi kualitas dan kuantitasnya, sehingga kita dapat
meringankan beban penderiataan orang lain yang membutuhkan darah.
Senin, 09 Maret 2015
UMAT HINDU BATAM LAKSANAKAN PERSEMBAHYANGAN TUMPEK UYE/TUMPEK KANDHANG
Pada Hari Sabtu Kliwon, wuku uye,
7 Maret 2015 Umat Hindu Kota Batam berkumpul di Pura Satya Dharma, Muka Kuning,
Batam untuk melaksanakan persembahyangan Tumpek Kandang atau biasa disebut
Tumpek Uye. Acara dipimpin oleh Jro Mangku Putu Satria Yasa. Dihadiri tokoh
umat dan kelembagaan Hindu di Kota Batam.
Tumpek Uye disebut juga Tumpek
Wewalungan/Oton Wewalungan atau Tumpek Kandang, yaitu hari selamatan
binatang-binatang piaraan (binatang yang dikandangkan) atau binatang ternak (wewalungan).
Tumpek Uye atau Tumpek Kandhang adalah hari turunya Dewa Siwa sebagai rare
angon atau penggembala para hewan. Sudah seyognya umat Hindu memuja aspek Siwa
sebagai pelindung para hewan peliharaan kita.
Dalam Lontar Sunarigama
dinyatakan “Saniscara Kliwo
n Uye pinaka prakertining sarwa sato.” Artinya, hari itu hendaknya dijadikan tonggak untuk melestarikan semua jenis hewan. Tumpek Kandang adalah upacara selamatan untuk binatang-binatang, binatang yang disemblih dan binatang piaraan, hakekatnya adalah untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupatiyang disebut Rare Angon, penggembala makhluk. Berdasarkan kutipan ini, tegas bahwa yang dipuja adalah Ida Sang Hyang Widhi, bukan memuja binatang, demikian pula terhadap tumbuh-tumbuhan, senjata-senjata, gamelan dan sebagainya.
n Uye pinaka prakertining sarwa sato.” Artinya, hari itu hendaknya dijadikan tonggak untuk melestarikan semua jenis hewan. Tumpek Kandang adalah upacara selamatan untuk binatang-binatang, binatang yang disemblih dan binatang piaraan, hakekatnya adalah untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupatiyang disebut Rare Angon, penggembala makhluk. Berdasarkan kutipan ini, tegas bahwa yang dipuja adalah Ida Sang Hyang Widhi, bukan memuja binatang, demikian pula terhadap tumbuh-tumbuhan, senjata-senjata, gamelan dan sebagainya.
UMAT HINDU KOTA BATAM MENGADAKAN BHAKTI SOSIAL KE RUMAH WREDA "SUKACITA" OCARINA
Menindaklanjuti Edaran dari Ketua Umum PHDI Pusat tentang Rangkaian Perayaan Hari Raya Nyepi 2015 Tahun Baru Saka 1937, pada hari Minggu,
8 Maret 2015, umat Hindu Batam, Wanita Hindu Dharma Indonesia
mengadakan bakti Sosial ke Rumah Wreda Sukacita, Ocarina dalam bentuk pemberian
sembako kepada lanjut usia. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian
pelaksanaan Hari Raya Nyepi tahun 2015 yang dicanangkan oleh PHDI Pusat. Adapun
rangkaian kegiatan selanjutnya yang dicanangkan PHDI adalah Penanaman Pohon di
sekitar areal Pura Agung Amertha Bhuana, Batam yang bermanfaat untuk mencegah pemanasan
Global (global warming).
Kegiatan ini sejalan dengan tema Nyepi 2015 yaitu: “Penyucian Diri dan Alam Semesta Menuju Peningkatan Kualitas Kerja””yang mengajak umat untuk melakukan usaha pensucia lahir dan batin yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja kita. Di mana terdapat tubuh dan jiwa yang sehat di situ terdapat pribadi kuat untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan.
Umat Hindu Kota Batam juga akan mengadakan kegiatan “Dharma Dana” yaitu
semacam penggalian Dana yang bertujuan untuk membantu program-program PHDI
dalam meningkatkan kesejahteraan umat, Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Umat
Hindu. Sebagai rangkaian Hari Raya Nyepi selanjutnya pada tanggal 19 Maret 2015
akan dilaksanakan Melasti atau pembersihan sarana upacara yang akan digunakan
untuk Perayaan Nyepi di samping juga memohon kesucian diri dan alam semesta. Melasti juga bertujuan "amte sarining amertha kamandalu ring telenging segara"artinya menyerap initsari tirtha Kamandalu dari tengah samudera. Tirtha diyakini membawa kemakmuran dan kesucian bagi umat Hindu di Kota Batam.
Pada hari Jumat, 20 Maret 2015 umat Hindu mengadakan Upacara Taur Ke sanga
(Taur Agung) yang bertujuan untuk menyeimbangkan dan mengharmoniskan kekuatan
alam semesta sehingga manusia dapat beraktivitas dengan tenang dan damai. Umat Hindu menekankankan Pada Ajaran Tri Hita Karana yaitu:
1. Parahyangan artinya hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan
2. Pawongan artinya hubungan yang baik antara sesama manusia
3. palemahan artinya artinya hubungan yang baik antara manusia dengan lingkungan
Dan
sebagai acara Puncak adalah Perayaan Hari Raya Nyepi 2015 Tahun Baru Saka 1937. Dalam Perayaan Nyepi Umat Hindu di Kota Batam melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu:
1. Amati geni yang artinya tidak boleh menyalakan api
2. Amati Karya artinya tidak boleh melakukan pekerjaan
3. Amati Lelungan artinya tidak boleh bepergian
4. Amati Lelanguan artinya tidak boleh mengumbar hawa nfsu
Rangkaian Nyepi dilanjutkan dengan acara Dharma Santi, saling maaf memaafkan di antara
umat Hindu yang akan dilaksanakan pada tanggal 18 April 2015 (WHDI KEPRI).
Selasa, 03 Maret 2015
Lokasabha III Parisada Provinsi Kepulauan Riau
Om Samani va akutih
samani hrdayani vah
samanam astu vo mano
yatavah susahasati
Semoga satu tujuan
satu hati
satu pikiran
dan satukan rasa
Pada hari Minggu Wage wuku Uye, 1 Maret 2015 Parisada Provinsi Kepulauan Riau menyelenggarakan Lok asabha III di Hotel Planet Holiday Kota Batam, Kegiatan diikuti oleh sekitar 30 peserta yang berasal dari Parisada Kota Batam, Parisada Kota Tanjung Pinang, dan Parisada Kab. Bintan, serta perwakilan umat Hindu dari Kab. Natuna. Dalam kesempatan itu hadir Ketua Umum PHDI Pusat Letjen (Purn) Sang Nyoman Suwisma, Dewa Sukardi selaku Wakil Ketua PHDI Bidang Organisasi. Pada kesempatan itu juga hadir Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd selaku Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau, Eko Prasetyo, S.Ag selaku Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam, dan Purwadi, S.Ag selaku Penyuluh Agama Hindu.Acara ini bertujuan untuk memilih Ketua dan pengurus Parisada yang baru masa bhakti 2015 – 2020, di samping juga menentukan program kerja 5 (lima) tahun, rekomendasi, serta mendengarkan LPJ pengurus masa bhakti 2010 - 2015.
Dari acara ini diharapkan dapat membawa perubahan umat ke arah yang lebih baik di mana hal ini sesuai dengan visi, misi dan tujuan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) secara umum. Visi PHDI yaitu: ’Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang sejahtera lahir dan batin (moksartham jagadhitaya) bersumber pustaka suci Veda dan berdasarkan Pancasila
Misi PHDI yaitu: 1) Menjaga keutuhan umat dan pemahaman dengan menyebarluaskan misi misi keyakinan dan filsafat (tattwa) , etika dan ritual (acara) Hindu dalam kehidupan modern, 2). Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun SDM yang maju dam mandiri berdasarkan dharma, 3). Menumbuhkembangkan wawasan, solidaritas, dan keharmonisan internal, antar umat Bergama dengan pemerintah
Sedangkan Tujuan PHDI adalah 1). mewujudkan masyarakat Hndu dengan keyakinan, komitmen dan kesetiaan yang tinggi terhadap ajaran agama Hindu, 2). Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan pengembangan nilai nilai kemanusiaan, 3. Meningkatkan penghayatan dan pengalaman dharma agama daan dharma Negara, 4). Mewujudkan kerukunan dan kesejahteraan social
PHDI Pusat juga memiliki sasaran umum yaitu: 1). Terjaganya keutuhan masyarakat Hindu Dharma Indonesia dengan mengakomodasikan kearifan budaya local, 2). Terwjudnya masyarakat Hindu Indonesia yang berkualitas dan memilikki sradha dan bhakti yang diaktualisasikan secara modern, 3). Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang proaktif dalam menjalankan hak dan kewajiban dalam kehiduipan beragama bermasyarakat berbangsa dan benrgara, 4). Terwujudnya Hindu Dharma Indonesia yang cerdas dan berkarakter, 5). Terwujundya masyarakat yang harmonis dan sejahatera lahir dan batin.
Berdasarkan sasaran PHDI Pusat secara umum maka Parisada prov. Kepulauan Riau memiliki sasaran di bidang agama, ekonmi, pendidikan, kesehatan, budaya, kemanusian, lingkungan organisasi, idelodgi, sains dan teknologi.
Semua sasaran tersebut tertuang dalam Program kerja Parisada yaitu Bidang Organisasi dan kelembagaan, Keagamaan dan lintas iman, Ekonomi dan kesejahteraan, Pendidikan dan kebudayaan, lingkungan hidup, kesehatan dan sosial kemanusiaan, wanita pemuda dan anak, sains dan teknologi.
Acara Lokasabha PHDI Kepulauan Riau diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama disampaiakan oleh Nyoman Winatha, selaku Ketua Parisada Provinsi Kepuluan Riau. Beliau berterima kasih kepada umat Hindu Kepulauan Riau yang sudah mendukung program kerja Parisada selama 5 (lima) tahun dan harapan semoga pemimpin PHDI Kelak dapat lebih baik lagi untuk melayani umat Hindu di Provinsi Kepulauan Riau. Nyoman Winatha juga mengajak umat Hindu di Kepulauan Riau untuk mendukung program kerja Parisada Provinis Kepulauan Riau guna mewujudkan Grand Design Hindu Dharma yang dicanangkan PHDI Pusat 50 tahun ke depan. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Letjend (Purn) Sang Nyoman Suwisma, Ketua Umum PHDI Pusat. Beliau mengajak umat Hindu bersatu padu, menjaga kerukunan umat, antar umat dan dengan pemerintah. Beliau menyatakan bahwa PHDI adalah lembaga keagamaan Umat Hindu yang tertinggi dan merupakan mitra kerja pemerintah dalam pembinaan umat Hindu. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd selaku Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau. Dalam sambutanya beliau memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap kinerja Ketua Parisada Provinsi Kep. Riau periode 2010 s/d 2015 yang telah mengabdi, ngayah kepada umat Hindu. Kepengurusan Parisada juga telah berhasil menciptakan Tri Kerukunan antar umat Bergama. Untuk itu beliau menghimbau kepada umat agar Umat Hindu Melaksanakan Tri Hita Karana sebagai kunci hidup bahagia, yaitu: Parahyangan: hubungan harmonis dengan Tuhan, Pawongan: hubungan harmonis dengan sesame manusia, dan palemahan: hubungan yang harmonis dengan alam lingkungan tempat kita tunggal. Umat Hindu juga harus melaksanakan Catur Purusha Artha sebagai tujuan hidup kita yaitu: Dharma (kebenaran), kesejahteraan (artha), keinginan (kama) dan pencerahan (moksa). Tidak lupa Pembimas Hindu juga mengajak umat Hindu di Prov. Kep. Riau untuk menyambut ketua Parisada yang baru yang terpilih nanti, semoga membawa perubahan kehidupan umat Hindu kea rah yang lebih baik.
Acara dilanjutkan dengan agenda Sidang Paripurna I. Sebagai pimpinan sidang sementara adalah Drs, I Wayan Catra Yasa yang bertugas pengesahan jadwal dan tata tertib loka sabha, serta memilih pimpinan sidang tetap loka sabha. Kadek Sutraini ditetapkan sebagai Pimpinan Sidang tetap Lokasabha III Parisada Prov. Kepulauan Riau. Pembahasan Tata tertib Lokasabha PHDI Prov. Kep. Riau yang alota di Bab IV pasal 10 tentang syarat – syarat calon ketua yaitu netralitas dalam politik, di samping penajaman syarat-syarat calon ketua yang lain yang diatur dalam AD/ART PHDi seperti harus sebagai warga Negara Indonesia (WNI), beragama Hindu, sehat jasmanai rohani, pemahaman Veda, inteltualitas, integritas (pengabdian loyalitas kepada umata), moralitas, pengabdian, dan lain-lain.
Acara selanjutnya adalah Sidang Paripurna II dengan agenda mendengarkan dan memberikan tanggapan Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Harian Parisada Prov. Kepulauan Riau masa bhakti 2010 – 2015. Secara umum Laporan Pertanggung Jawaban yang dipaparkan oleh ketua Parisaada di terima, namum peserta Lokasabha yang berasal dari 4 (empat) Kota/Kabupaten memberikan beberapa Pandangan umum yang beragam. Tanggapan pertama disampaikan oleh perwakilan Umat Kabupaten Natuna pada intinya menerima Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Parisada. PHDI merupakan organisasi organisasi kerjasama antar tokoh umat (Kolegial). Jumlah umat Hindu di Kabupaten Natuna berjumlah 15 umat, dulu 22 jiwa.
Tanggapan dari Perwakilan umat Hindu Kota Tanjung Pinang menyatakan menerima LPJ Ketua PHDI Prov. Kepulauan Riau dengan berbagai catatan yaitu: 1) Di Tanjung Pinang ada 1 Pura yang berada di Kabupaten Bintan tetapi dikelola oleh Umat Hindu di Tanjung Pinang, diharapkan Pengurus yang terpilih nanti lebih memperhatikan umat di daerah. 2) Pesan kedepan PHDI lebih memperhatikan pemberdayaan ekonomi umat Hindu di daerah agar terjadi pemerataan kesejahteraan. 3) Filsafat organ tubuh kita kita diberikan mata agar lebih banyak melihat, diberikan telinga agar lebih banyak mendengar, diberi indra rasa agar mampu merasakan, tetapi kita diberikan mulut agar tidak banyak bicara tetapi lebih banyak mendengar, 4) Filsafat Jawa: ojo rumongso biso tapi bisaa merasa yang artinya janbgan merasa bisa tetapi bisalah merasakan keadaan sekitar.
Selanjutnya tanggapan Parisada kab. Bintan terhadap laporan LPJ Ketua Parisada. Pada intinya menerima dengan catatan juga, yaitu: 1). PHDI harus melakukan ajaran Asta Brata khusunya Bayu Brata yang artinya seperti angin udara yang menjangkau semua ruangan tanpa membedakan artinya harus blusukan ke kantong-kantonhg umat di daerah pedalaman, 2) PHDI itu milik seluruh umat Hindu Kepulauan Riau, 3). PHDI sebagai Lembaga pemersatu umat dalam lembaga lainya agar mejadi kebanggan umat Hindu, $) Sasaran Kerja PHDI yang realistis guna mewujudukan Grand design Hindu Dharma PHDI 50 tahun.
Terakhir adalah Tanggapan Ketua Parisada Kota Batam yang memberikan bebepara catatan yaitu: 1) Pengurus PHDI itu luar biasa karena mereka bekerja ngayah untuk umat, 2) Penataan organisasi tentang siapa yang kompeten yang duduk di posisi tertentu karena Parsada membidangi bidang agama, ekonomi, Pendidikan, kesehatan, budaya, kemanusiaan, lingkungan, organisasi, sains dan teknologi, 3) Regenerasi tokoh umat Hindu, karena ketika kita sudah tidak produktif lagi atau pndah ke luar daerah maka kita membutuhkan generasi penerus yang handal, Untuk itu Parisada berperan dalam regenerasi tokoh umat. Estafet kepemimpinan. Kita harus berhasil menciptakan regenerasi untuk mengurus pura, lembaga dan umat, 4) Ke depan Parisada harus lebih memperhatikan permasalahan umat hindu di kota dan kabupaten se-Provinsi kepulauan Riau.
Acara selanjutnya adalah Pengesahan LPJ Pengurus Parisada Prov. Masa bhakti 2010 – 2015 sekaligus pernyataan demisioner oleh pimpinan sidang, dilanjutkan penjelasan Materi Lokasabha. Kemudian Pembentukan Komisi-Komisi. Pembentukan Komisi komisi. Komis A bertugas membahas program kerja, Komisi B membahas rekomendasi Parisada terhada isu-isu terkini yang memerlukan tindakan cepat dan realistis.
Komisi A menyoroti beberapa Program kerja yang dianggap kurang realistis atau sebaliknya program kerja yang dipandang urgent, tepat sasaran, bermanfaat bagi umat. Komis A melakukan penambahan dan pengurangan program kerja yang dirasa perlu dan tidak perlu untuk meningkatkan percepatan pencapaian kinerja Parisada seperti pendirian Yayasan yang sudah cukup, Perlunya update data keumatan, pura, dan lemba agama keagamaan lewat web Badan Penyiaran Hindu (BPH) Parisada Provinsi, pengoptimalan dharma dana melalui BDDN PHDI, pemberdayaan ekonimi umat dengan penyuluhan-penyuluhhan dan seminar tentang kewirausahaan, Litbag parisada, Hindu Center, dan pendirian Rumah sakit.
Rekomendasi Komis B terhadap kebutuhan umat Hindu dan isu terkini di Provinsi Kepulauan Riau seperti perlunya Pembangunan Pasraman dan peningkatan mutu sekolah dan pasrman karena Lukman Hakim Syaifudin Menteri Agama RI telah mengeluarakan Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 56 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Hindu. Penambahan jumlah guru PNS Agama Hindu, Penyuluh Agama Hindu dan penyelenggara di kota dan Kabupaten. Perlunya pembentukan Lembaga Konseling Pranikah, Pembentukan Konsultasi umat yang menguatkan sradha. Penyusunan Buku Panduan Sudhi wadhani. Membuat Lembaga Duka dan mendirikan rumah duka. Penyelesaian masalah Legalitas pura. Mengoptimalisasi peran Parisada. Mengurus Legalitas tanah makam jatah umat Hindu yang diberikan oleh Pemprov. Kep. Riau. Pembekalan bagi pengurus yang baru tentang tata persuratan, teknik membuat proposal Parisada. Seni budaya mengupayakan bantuan gong agar umat latihan di pura. Memfasilitasi kegiatan keagamaan seperti pembinaan peserta UDG, jambore Pasraman dan sadhana camp.
Selanjutnya adalah Laporan dan Tanggapan Hasil-Hasil Sidang Komisi. Komisi A memaparkan program Kerja dan Komisi B memaparkan rekomendasi Parisada 5 tahun ke d. Komisi B memberikan tanggapan Paparan Komisi A yaitu: 1) Kita harus mencoba menjalin kerjasama lintas sektoral semisal BPJS, 2) Mengaktifkan Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) dan mengupayakan asuransi PSN seperti pemangku-pemangku di Jakarta, 3) Memperhatikan Sampradaya-samparadaya yang bernafaskan Hindu yang ada di Kota Batam, 4) Menyusun Buku Pedoman dan Panduan kepemangkuan agar dipedomani agra umat yang bersiap siap menjadi pemangku mempersiapkan diri dan harus belajar kepada guru spiritual.
Sedangkan Tanggapan komisi A terhadap rekomemndasi yang disampaikan oleh komisi B adalah sebagai berikut: Parisada harus mempunyai kantor secretariat sendiri. Parisada harus mengmebangkan dharma Duta. Ditjen Bimas Hindu akan mengadakan festival Bhagavadhita mulai tahun depan, kita harus siapkan peserta sejak dari dini kategori lomba puisi, melukis, dan essay tentang Bhagavad Gita. Untuk itu Parisada bekerja dengan Pasraman sebagi lembaga Pendidikan Agama Hindu.
Acara selanjutnya yang merupakan acara inti adalah pemilihan Ketua Parisada Provinsi Kepulauan Riau masa bhakti 2015 – 2020. Yang diusulkan mejadi Ketua adalah Drs. I Wayan Catra Yasa, MM dan Ir. Wayan Jasmin. Namun atas kebesaran hati Drs. I Wayan Catra Yasa, MM pemilihan Ketua ditentukan dengan musyawarah mufakat tanpa melalui pemilihan atau voting yang menetapkan Ir. I Wayan Jasmin sebagai ketua yang baru.
Pada hari itu juga Ketua Parisada yang baru terpilih dilantik secara resmi oleh ketua Umum PHDI Pusat, Letjend (Purn) Sang Nyoman Suwisma. Dalam sambutanya Beliau berpesan agar ketika kita menjadi Ketua PHDI Pusat harus memilikki jiwa patriotisme dan nasionalisme seperti yang dimilikki oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia opada zaman dahulu. Nilai-nilai nasionalisme itu tertanam dalam sikap: 1). Mencintai organisasi Parisada yang kita pimpin, 2). Pantang menyerah terhadapa persoalan yang muncul, 3) Rela berkorban (waktu, tenaga dan pikiran), 4) Mencari upaya-upaya alternative jika muncul permasalahan yang tidak terselesaikan. Umat harus mendukung Ketua PHDI Provinsi untuk mewujudkan Grand Design Hindu Dharma 50 Tahun PHDI Pusat di samping juga dukungan terhadapap Badan Dharma Dana Nasional (BDDN) PHDI Pusat. Beliau juga menghimbau agar pelaksanaan Nyepi 1937 Saka berpedoman pada surat edaran PHDI yaitu Prambanan ditetapkan sebagai Ikon Nyepi 1937 Saka dan tema Nyepi 2015 adalah "Penyucian Diri dan Alam Semesta Menuju Peningkatan Kualitas Kerja" Sub Tema disesuaikan dengan kondisi aktual daerah setempat.
Langganan:
Postingan (Atom)