Minggu, 15 Februari 2015

DHARMA WACANA IDA PEDANDA GDE MADE GUNUNG


Ida Pedanda Gde Made Gunung memberikan Dharma Wacana di Batam
Umat Hindu di Kota Batam juga sangat beruntung karena pada tanggal 14 Pebruari 2015 umat Hindu Kota Batam kedatangan seorang dwijati yang sangat terkenal. Beliau adalah Ida Pedanda Gde Made Gunung. Hari itu menjadi sangat istimewa karena bertepatan dengan hari “valentine” (Hari Kasih Sayang) di mana umat berkesempatan mendengarkan ajaran suci dari Sang Dwijati yang memberikan pencerahan. Pada kesempatan itu beliau menyampaikan beberapa pokok-pokok ajaran Agama Hindu. Beliau menyampaikan bahwa Veda adalah kitab Suci Agama Hindu yang diwahyukan Tuhan melalui pendengaran (sravanam) suci para Maharsi, sehingga disebut “Sruti”, yang berasal dari kata “Srut” yang artinya mendengar. Veda kita yakini kebenaranya sampai sekarang sampai sekarang karena Veda dapat menyesuaikan dengan perkembangan  zaman dan situasi kondisi daerah setempat. Veda sangat fleksibel.


Dalam hal menyampaikan bhakti kepada Tuhan kita tidak boleh ragu-ragu menggunakan bahasa Ibu (bahsa daerah). Tuhan mengenal semua bahasa umat manusia yang ada di dunia ini. Beliau juga menjelaskan tentang pentingnya mempersembahkan kepada Tuhan sebagai wujud rasa bhakti kita kepada Tuhan. Banten juga merupakan perwujudan Tuhan dan media untuk meningkatkan kesucian dan kesejahteraan umat manusia. Di mana ada yajna, maka daerah itu akan makmur, demikian janji Tuhan kepada umat manusia. Sastra mengajarkan kepada kita tentang 4 (empat) jalan yang bisa kita laksanakan untuk memuja Tuhan sesuai dengan kemampuan kita. Ada Raja Yoga yaitu menghubungkan pikiran dengan Tuhan, tapa/brata, yoga dan Samadhi. Jalan ini sangat mulia karena kekuatan vibrasi positif yang dihasilkan dari pemusatan pikiran sangat berperan dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan di dunia ini. Jalan yang kedua adalah jnana yoga yang bertujuan menghilamngkan kebodohan (avidya) mencapai jnana (vijnana). Berikutnya Karma yoga atau jalan kerja. Bahwa kerja adalah kewajiban semua manusia, jika tidak bekerja maka tidak akan sejahtera hidup sebagai manusia, tentunya kerja dengan tidak mengharapkan hasil, karena tanpa diharapkan, gaji itu akan diterima oleh pegawai yang bekerja dengan tekun. Terakhir adalah jalan bhakti. Bhakti adala intisari dari semua jalan yang kita tempuh, karena setinggi apapun jnana kita, kekayaan kita, ilmu kita, prestasi kerja kita akan menjadi lebih mulia jika kita bhaktikan kepada umat manusia. Semua jalan ini adalah jalan Tuhan (Catur Marga Yoga).

Dalam Agana Hindu kita mengenal konsep Tat tvam Asi  yang artinya aku dan engkau adalh Itu (Brahman). Kita juga mengenal vasudaiva kutumbhakam yang artinya sesungguhnya kita semua adalah bersaudara. Keduanya merupakan konsep aktual yang mengglobal. Jadi jika kita menyakiti orang lain maka kita berbuat salah dan sama halnya dengan menyakiti Tuhan. Sebagai Umat Hindu kita harus rajin melakukan sembahyang tri Sandya 3 kali sehari, hal bertujuan untuk menghilangkan karma buruk kita, meningkatkan kualitas kesucian diri dan akhirnya membentuk pribadi yang agamis dan beradab. Kita boleh berbangga hati karena Hindu memilikki  Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa (filsafat), Susila (etika) dan Upakara (ritual keagamaan) jika ketiganya digabung maka akan membentuk satu kekuatan tersendiri bagi umat Hindu. Dalam hal pelaksanaan yajna beliau menghimbau agar umat Hindu melaksanan tradisi sesuai dengan situasi dan kondisi umat Hindu di Batam. Sesuaikan dengan Desa, Kala dan Patra. Jangan beryajna secara jor-joran, karena jika tidak sesuai sastra dan tidak ikhlas serta menimbulkan hutang finansial maka yajna itu tidak akan diterima oleh Tuhan. Tetapi harus perlu diingat bahwa dalam beryajna kita jangan memikirkan untung rugi, untuk itu sesuaikan dengan kemampuan jangan berpura – pura mampu jika tidak mampu dan jangan berpura – pura tidak mampu jika kita mampu. Semua harus kita lakukan atas dasar dan prinsip melayani Tuhan, niscaya kita akan bahagia damai dan sejahtera sesuai janji Tuhan dalam Bhagavadgita.

Dalam pergaulan di masyarakat kita harus memelihara tri Kerukunan Umat Beragama. Sebelum kita mengoreksi orang lain maka koreksilah diri sendiri, lakukan instropeksi diri terlebih dahulu. Karena jika kita tidka mampu mengendalikan diri maka kerukunan intern dan ekstern umat akan terganggu. Beliau juga mengajarkan kepada kita bagaimana hdup bahagia. Sederhana saja, kuncinya adalah kita harus mencintai alam tempat kita tinggal, menjalin hubungan yang harmonis dengan sesame manusia, memuja Tuhan dan tentunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita.  Renungkan pertanyaa ini dalam hati kita: Untuk apa kita lahir? Mengapa kita lahir? Kemana kita lahir? Jika kita sudah menenmukan jawabanya maka kita tidak akan mudah putus asa dan tidak takut menghadapi kematian. Karena perjalanan roh atau Atman sangat ditentukan oleh karma kita bukan oleh orang lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar